digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Almira Fathadina
PUBLIC yana mulyana

Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan diabetes dengan prevalensi hingga lebih dari 90% DM dunia, yang jumlahnya terus meningkat setiap tahunnya. DM yang tidak segera ditangani berisiko menyebabkan komplikasi seperti kardiomiopati diabetik dan meningkatkan risiko infark miokard (IM) akut seiring faktor risiko kardiovaskular lainnya. Agen antihiperglikemia golongan baru seperti glucagon like peptide-1 receptor agonist (GLP-1RA) dan sodium glucose co-transporter-2 inhibitor (SGLT2i) terbukti memiliki proteksi kardiovaskular dengan mekanisme yang diperkirakan bersifat komplementer. Pada penelitian ini diteliti efek kombinasi keduanya terhadap beberapa parameter diabetes dan jantung pada tikus Wistar jantan. Hewan diinduksi dengan Lipomed?20% MCT/LCT 20 ml/kg BB secara intragastrik (i.g.) selama 14 hari untuk menyebabkan resistensi insulin, kemudian dilanjutkan induksi streptozotosin (STZ) 35 mg/kg BB secara intraperitoneal (i.p.) untuk menyebabkan kerusakan sel beta pankreas ringansedang yang meniru kondisi patologi DM tipe 2. Keberhasilan induksi ditandai dengan kadar glukosa puasa >150 mg/dL serta perbedaan signifikan (p<0,05) antara KITT kelompok yang diinduksi dan kontrol negatif. Hewan diberi perlakuan sesuai kelompoknya yaitu kelompok kontrol negatif, DM, dan DM+IM diberi Na- CMC 0,5% i.g. dan NaCl 0,9% subkutan (s.c.); liraglutide (0,062 mg/kg BB s.c.); empagliflozin (1 mg/kg BB i.g.); kombinasi (liraglutide 0,062 mg/kg BB s.c. dan empagliflozin 1 mg/kg BB i.g.) selama 30 hari. Pada hari ke-29 dan 30 (interval 24 jam), hewan diinduksi IM dengan isoproterenol (ISO) 85 mg/kg BB (i.p.). Serum dikumpulkan sebelum dan setelah induksi IM untuk pengukuran biomarker jantung. Kelompok kombinasi menunjukkan hambatan kenaikan biomarker jantung sebelum induksi IM dengan persentase hambatan (%) creatine kinase (CK), CK-MB, lactate dehydrogenase (LDH), aspartate transaminase (AST), dan alanine transaminase (ALT) secara berurutan yaitu 71,36; 58,97; 64,45; 25,83; 47,53. Serta persentase hambatan (%) setelah induksi IM secara berurutan yaitu 70,51; 71,48; 73,05; 41,22; dan 47,90. Hambatan kenaikan biomarker yang signifikan (p<0,05) pada kelompok kombinasi dibanding tunggal ditunjukkan pada biomarker CK-MB pada tikus DM yang belum diinduksi IM, serta pada biomarker CK, CK-MB, LDH, dan AST pada tikus DM yang sudah diinduksi IM.