digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Eureka Janitra Jodi
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Eureka Janitra Jodi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Eureka Janitra Jodi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Eureka Janitra Jodi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Eureka Janitra Jodi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Eureka Janitra Jodi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Eureka Janitra Jodi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Paduan aluminium merupakan paduan yang sangat umum digunakan pada kehidupan sehari-hari mulai dari konstruksi, makanan dan katering, elektronik, hingga transportasi seperti pesawat. Salah satu paduan yang paling umum digunakan pada pesawat adalah aluminium 2024 (AA 2024). AA 2024 memiliki kekuatan yang tinggi, ketahanan lelah yang baik, serta ketangguhan yang tinggi, namun AA 2024 rentan terhadap kegagalan berupa stress corrosion cracking (SCC) utamanya bila digunakan pada pesawat karena adanya deposit ion klorida dari air laut. Peningkatan ketahanan SCC dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satu yang paling umum adalah dengan perlakuan panas. Meski begitu, pada perlakuan panas satu tahap, kekuatan berbanding terbalik dengan ketahanan SCC sehingga tidak mungkin didapatkan kombinasi kekuatan dan ketahanan SCC yang baik. Pada penelitian ini dipelajari pengaruh berbagai perlakuan panas, terutama double retrogression and reaging (DRRA) terhadap ketahanan SCC dan sifat mekanik AA 2024. Variasi perlakuan panas yang digunakan adalah T62, T72, retrogression and reaging (RRA), dan DRRA. Percobaan SCC yang dilakukan menggunakan metode pembebanan tetap dengan pembebanan sebesar 75% dari nilai kekuatan luluh AA 2024-T6 atau sebesar 250 MPa. Larutan yang digunakan adalah larutan NaCl dengan konsentrasi 5% (persen berat). Pengujian dilakukan hingga sampel mengalami kegagalan atau dihentikan setelah 7 hari. Kerentanan terhadap SCC ditentukan berdasarkan durasi hingga mengalami patahan serta laju pertambahan panjang. Sifat mekanik yang dipelajari adalah kekerasan, kekuatan, serta elongasi saat patah yang dilakukan melalui uji kekerasan dan uji tarik. Sampel pengujian SCC yang mengalami kegagalan dilihat menggunakan scanning electron microscope (SEM) untuk menganalisis permukaan patahan. Ketahanan terhadap SCC tertinggi didapatkan pada sampel T72 yang tidak mengalami patahan hingga hari ke-7 dengan pertambahan panjang yang lebih rendah dari sampel DRRA yang juga tidak mengalami patahan. Ketahanan SCC terendah didapatkan pada sampel T62 yang mengalami kegagalan pada hari ke-2. Kekuatan dan kekerasan tertinggi didapatkan pada sampel T62 dengan nilai 366,1 MPa dan 120,3 HV. Kekuatan sampel RRA dan DRRA mirip, namun ketahanan SCC serta potensi work hardening sampel DRRA secara signifikan lebih tinggi. Oleh karena itu perlakuan panas DRRA dinilai menghasilkan kombinasi kekuatan dan ketahanan SCC paling optimum.