Pelaksanaan pembelajaran daring akibat pandemi Covid-19, berdampak kepada
pelajar dengan disabilitas netra akibat keterbatasan akses terhadap materi belajar.
Salah satu upaya Kemendikbud, adalah melalui aplikasi telepon genggam rumah
belajar yang ditujukan untuk pelajar tanpa disabilitas dan pelajar dengan disabilitas.
Rumah belajar merupakan aplikasi yang menyediakan konten pembelajaran
interaktif sebagai media belajar bantuan dan sumber referensi materi belajar.
Berdasarkan studi pendahuluan, ditemukan bahwa aplikasi rumah belajar sulit
untuk digunakan oleh pengguna dengan disabilitas netra.
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aksesibilitas aplikasi rumah belajar
dengan melakukan evaluasi aksesibilitas dan usabilitas. Evaluasi aksesibilitas
menggunakan metode conformance evaluation dengan standar WCAG 2.1,
sedangkan evaluasi usabilitas menggunakan metode user evaluation dengan
usability testing. Metode pengambilan data dilakukan secara in-person terhadap 6
partisipan pelajar disabilitas netra.
Menurut hasil penelitian, ditemukan bahwa berdasarkan standar WCAG 2.1 tingkat
aksesibilitas aplikasi rumah belajar masih rendah, dikarenakan terdapat 12 kriteria
sukses level minimum yang tidak tercapai. Selain itu, 5 sub tugas dari 11 sub tugas
yang mencakup 3 tugas utama yaitu pembuatan akun, pemilihan fitur sumber
belajar dan pembelajaran materi belajar dinilai tidak efektif dan terdapat 12
kelompok kesalahan serta 9 kendala RTA yang diprioritaskan untuk diperbaiki.
Berdasarkan hasil tersebut, dirumuskan 16 rekomendasi perbaikan untuk
meningkatkan aksesibilitas aplikasi rumah belajar dengan metode concept
generation.
Kata kunci: