Proses produksi listrik pada pembangkit PT PLN (Persero) akan memberikan hasil
yang optimal apabila didukung oleh pemantauan dan evaluasi kinerja pembangkit
yang memadai dan terukur. Beberapa metode yang saat ini digunakan, yaitu North
American Electric Reliability Corporation (NERC) Performance dan Overall
Equipment Effectiveness (OEE) masih belum optimal karena pada pelaksanaannya
masih dilakukan secara terpisah dan walaupun sudah ada Peraturan Direksi PLN
tahun 2013 tentang OEE Pembangkit, ternyata ditemukan banyak perbedaan
implementasinya di lingkungan PLN Group (PLN Regional Sumatera, PT
Pembangkitan Jawa Bali, dan PT Indonesia Power). Dengan menggunakan standar
event status NERC, maka akan didapatkan loss output OEE yang lebih detail,
sehingga mampu memberikan rekomendasi perbaikan yang lebih tepat. Integrasi
ini juga dapat menghasilkan secara langsung nilai NERC Performance yang
menjadi KPI (Key Performance Indicator) unit pembangkit. Dengan demikian hal
tersebut dapat mengurangi terjadinya rework, mengurangi potensi kesalahan input
data, dan memastikan terciptanya integritas data. Oleh karena itu fokus penelitian
ini adalah merancang model OEE Pembangkit dengan menggunakan standar Event
Status, Equipment Cause Code, dan Failure Mode pada NERC.
Dari pengolahan data menggunakan data operasional PLTU Tarahan #03 tahun
2018, aplikasi yang dibuat menghasilkan informasi berupa nilai OEE sebesar
52,97%, TEEP sebesar 40,88% beserta Pareto Loss Output (PLO) nya. Equivalent
Availability Factor (EAF) without OMC = 53,46%, Equivalent Availability Factor
(EAF) with OMC = 54,43%, Equivalent Forced Outage Rate (EFOR) without
OMC = 24,26%, Equivalent Forced Outage Rate (EFOR) with OMC = 23,06%,
Scheduled Outage Factor (SOF) = 28,55%, dan Gross Capacity Factor (CF) =
47,30%. Pengolahan data ini kemudian dibandingkan dengan metode OEE yang
saat ini ada di PLN Group serta digunakan juga untuk mendapatkan hubungan
antara nilai OEE dengan NERC Performance.