Paparan sinar UV pada kulit dapat menginduksi terjadinya molekul oksigen reaktif
(ROS) yang merupakan salahsatu radikal bebas. ROS akan menyebabkan
akumulasi pigmen kulit pada melanosit. Akibat terakumulasinya ROS pada
melanosit akan menginduksi kerja dari tirosinase yang berperan dalam
pembentukan melanin. Antioksidan berperan dalam menghambat mekanisme kerja
ROS.
Marga Pouteria tersebar di negara tropis. Telah dilaporkan, marga Pouteria
memiliki kandungan flavonoid dan golongan fenol. Diketahui senyawa antioksidan
alami seperti golongan fenol dan flavonoid dapat berperan serta pada
penghambatan kerja tirosinase. Beberapa jenis dari Pouteria memiliki potensi
sebagai antioksidan dan inhibitor tirosinase. Salahsatu jenis Pouteria yang belum
banyak dikembangkan dalam bidang farmasi di Indoneisa yaitu Pouteria
campechiana. Beberapa senyawa golongan fenol dan flavonoid dari P.
campechiana telah dilaporkan. Berdasarkan kedekatan sistematika tumbuhan,
dapat ditunjukkan adanya kemiripan kandungan kimia dan aktivitas biologi.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi fitokimia P. campechiana
berdasarkan panduan aktivitas antioksidan dan inhibisi tirosinase, sehingga dapat
diketahui aktivitas antioksidan dan inhibisi tirosinase ekstrak, fraksi dan subfraksi
serta mendapatkan senyawa aktif antioksidan dan atau inhibitor tirosinase dari P.
campechiana.
Penelitian diawali dengan studi pendahuluan aktivitas antioksidan dan inihibisi
tirosinase dari empat bagian (daging buah, biji, ranting dan daun) tumbuhan P.
campechiana. Empat bagian tumbuhan dikarakterisasi dan diekstraksi secara
sinambung menggunakan alat Soxhlet dengan etanol 96%. Ekstrak kental diuji
aktivitas antioksidan dengan metode DPPH, inihibisi tirosinase menggunakan
substrat L-DOPA, dan ditentukan kadar kandungan fenol dan flavonoid total.
Kemudian dipilih bagian tumbuhan yang paling berpotensi terhadap aktivitas
antioksidan dan inhibisi tirosinase untuk dilanjutkan ke tahap penelitian
selanjutnya.
Ekstrak etanol daun memiliki aktivitas antioksidan dan inhibisi tirosinase dan kadar
fenol total paling tinggi (AAI = 16,638 ± 0,677, IC50 tirosinase 221,16 µg/mL dan
18,88 ± 0,08 g GAE /100 g ekstrak). Berdasarkan hasil tersebut, bagian daun
menjadi bagian tumbuhan terpilih.
Simplisia daun diekstraksi secara bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil
asetat dan etanol. Ketiga ekstrak kental: ekstrak n-heksana daun (DN), ekstrak etil
asetat daun (DEA) dan ekstrak etanol daun (DE) dipantau secara kromatografi lapis
tipis (KLT), ditentukan kadar fenol dan flavonoid total, diuji aktivitas antioksidan
dan inhibisi tirosinase. Aktivitas antioksidan DN, DEA dan DE dinyatakan dalam
nilai IC50 secara berurutan (8,602 ± 1,226 µg/mL, 1,040 ± 0,101 µg/mL, dan 0,968
± 0,008 µg/mL) dan nilai antioxidant acivity index (AAI) (2,320 ± 0,315, 18,946 ±
0,149, 20,345 ± 0,173 dan 34,562 ± 0,091) menggunakan pembanding asam
askorbat dengan nilai IC50 dan AAI (0,570 ± 0,002 µg/mL dan 34,562 ± 0,091).
Secara statistik menggunakan one-way ANOVA- post hoc Tukey, aktivitas DEA
dan DE tidak berbeda bermakna terhadap asam askorbat. Pada pemeriksaan inhibisi
tirosinase didapatkan DE dan DEA lebih berpotensi daripada DN, sehingga DN
tidak dilanjutkan ke pencarian nilai IC50. Nilai IC50 terhadap tirosinase untuk DEA
sebesar 828,54 ± 0,96 µg/mL dan DE sebesar 176,55 ± 0,46 µg/mL, sedangkan
pembanding asam kojat mempunyai IC50 10,513 ± 0,707 µg/mL. Berdasarkan hasil
tersebut, DEA terpilih sebagai ekstrak yang dilanjutkan ke tahap pemisahan
senyawa melalui fraksinasi, subfraksinasi dan pemurnian.
Fraksinasi ekstrak etil asetat daun dilakukan menggunakan kromatografi cair
vakum, sedangkan subfraksinasi menggunakan kromatografi kolom klasik dan
kromatografi radial. Pemilihan fraksi dan subfraksi didasarkan atas aktivitas
antioksidan dan inhibisi tirosinase. Aktivitas antioksidan dan inhibisi tirosinase
fraksi pada rentang nilai IC50 DPPH 1,64-22,17 µg/mL dengan nilai AAI pada
rentang 0,89-14,50 dan IC50 terhadap tirosinase 1551,01 - 2090,43 µg/mL.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, fraksi 5 dilanjutkan ke tahap subfraksinasi. Pada
subfraksinasi F.5 diperoleh 6 subfraksi gabungan (SF5.1-SF5.6). Berdasarkan
aktivitasnya, SF5.5 dilanjutkan ke tahap pemurnian senyawa sehingga diperoleh
isolat-1 dan isolat-2.
Isolat-1 dan isolat-2 diuji aktivitasnya. Nilai AAI isolat-1 dan isolat-2 masingmasing adalah 6,139 ± 0,153 dan 8,479 ± 0,187. Berdasarkan nilai AAI, maka
isolat-1 dan isolat-2 termasuk antioksidan sangat kuat. Sedangkan aktivitas inhibisi
tirosinase, yang dinyatakan dalam persen inhibisi pada konsentrasi 1000 µg/mL
diperoleh secara berurutan sebesar 48,395% ± 0,494 dan 47,325% ± 0,570.
Karakterisasi isolat dilakukan menggunakan spektrofotodensitometri, RMI-
1
H,
RMI-
13
C, spektroskopi massa, dan KCKT. Hasil menegaskan bahwa isolat-1 adalah
kuersetin-3-O-ramnosida (kuersitrin) dan isolat-2 adalah kuersetin-3-O-glukosida
(isokuersitrin).