digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Air merupakan komponen penting dalam hidup manusia yang dimanfaatkan baik dalam kegiatan domestik dan non-domestik. Pemakaian non-domestik salah satunya adalah sektor pertanian, dimana beberapa studi menunjukkan konsumsi air di sektor ini mencapat rata-rata 70%. Pertambahan jumlah penduduk mendorong peningkatan kebutuhan dan konversi lahan kawasan pertanian dan sekitarnya menjadi daerah pemukiman dan industri. Perubahan area sekitar pertanian termasuk jaringan irigasinya, diperkirakan bukan hanya mempengaruhi kuantitas pemanfaataan air seperti debit, tinggi muka air dan elevasi, namun juga berdampak pada kualitas air irigasi. Studi mengenai pengaruh perubahan tata guna lahan dan dampaknya pada kualitas air irigasi ini jarang dilakukan, dan menjadi tujuan penelitian ini. Penelitian mengambil lokasi di Kabupaten Bandung, tepatnya di Kecamatan Soreang dan Katapang, yang merupakan daerah dengan perkembangan pesat dan dirancanag sebagai wilayah pengembangan infrastruktur Kota Soreang Terpadu dan Berkelanjutan (KSTB). Penelitian dilakukan dengan observasi lapangan, pengambilan sampel air dan analisis parameter kualitas air dari 31 lokasi pada 4 Daerah Irigasi (D.I) yaitu D.I Cibeureum, D.I Kiaraeunyeuh, D.I Leuwikuray dan D.I Juntihilir. Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 kelas II dan Kriteria Mutu Air Irigasi Litbang SDA Tahun 2014. Dengan metode indeks pencemaran, masing-masing parameter pada setiap titik akan dihitung untuk melihat status mutu air pada tiap titik sampel. Hasil hitungan menunjukkan kualitas air di daerah irigasi yang diteliti sudah masuk ke dalam kategori sedang dan tercemar berat dengan beberapa parameter yang telah melampaui baku mutu yakni Temperatur, DHL, TDS, BOD, COD, SAR, %Na, DO, RSC, Amonia, Sulfat, Boron, Minyak dan Lemak, MBAS, Klorida, serta parameter mikrobiologis. Hasil ini sejalan dengan hasil observasi di lapangan yang menunjukkan jaringan irigasi telah menjadi tempat pembuangan limbah domestik, limbah industri dan peternakan di sekitar jaringan irigasi. Kondisi saluran air irigasi yang rusak juga menjadi salah satu faktor yang memungkinkan masuknya pencemar ke jaringan irigasi. Dengan kualitas sumber air irigasi yang buruk, diperlukan evaluasi dan penanganan terhadap saluran air irigasi agar tidak mengganggu produktivitas dan kesehatan para petani serta konsumen.