Abstrak Indonesia dan Inggris_Jeane Wanggai_115318039.pdf?
PUBLIC Open In Flip Book Garnida Hikmah Kusumawardana
Air merupakan komponen penting dalam hidup manusia yang dimanfaatkan baik dalam
kegiatan domestik dan non-domestik. Pemakaian non-domestik salah satunya adalah sektor
pertanian, dimana beberapa studi menunjukkan konsumsi air di sektor ini mencapat rata-rata
70%. Pertambahan jumlah penduduk mendorong peningkatan kebutuhan dan konversi lahan
kawasan pertanian dan sekitarnya menjadi daerah pemukiman dan industri. Perubahan area
sekitar pertanian termasuk jaringan irigasinya, diperkirakan bukan hanya mempengaruhi
kuantitas pemanfaataan air seperti debit, tinggi muka air dan elevasi, namun juga berdampak
pada kualitas air irigasi. Studi mengenai pengaruh perubahan tata guna lahan dan dampaknya
pada kualitas air irigasi ini jarang dilakukan, dan menjadi tujuan penelitian ini. Penelitian
mengambil lokasi di Kabupaten Bandung, tepatnya di Kecamatan Soreang dan Katapang, yang
merupakan daerah dengan perkembangan pesat dan dirancanag sebagai wilayah
pengembangan infrastruktur Kota Soreang Terpadu dan Berkelanjutan (KSTB). Penelitian
dilakukan dengan observasi lapangan, pengambilan sampel air dan analisis parameter kualitas
air dari 31 lokasi pada 4 Daerah Irigasi (D.I) yaitu D.I Cibeureum, D.I Kiaraeunyeuh, D.I
Leuwikuray dan D.I Juntihilir. Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan baku mutu
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 kelas II dan Kriteria Mutu Air Irigasi Litbang
SDA Tahun 2014. Dengan metode indeks pencemaran, masing-masing parameter pada setiap
titik akan dihitung untuk melihat status mutu air pada tiap titik sampel. Hasil hitungan
menunjukkan kualitas air di daerah irigasi yang diteliti sudah masuk ke dalam kategori sedang
dan tercemar berat dengan beberapa parameter yang telah melampaui baku mutu yakni
Temperatur, DHL, TDS, BOD, COD, SAR, %Na, DO, RSC, Amonia, Sulfat, Boron, Minyak
dan Lemak, MBAS, Klorida, serta parameter mikrobiologis. Hasil ini sejalan dengan hasil
observasi di lapangan yang menunjukkan jaringan irigasi telah menjadi tempat pembuangan
limbah domestik, limbah industri dan peternakan di sekitar jaringan irigasi. Kondisi saluran air
irigasi yang rusak juga menjadi salah satu faktor yang memungkinkan masuknya pencemar ke
jaringan irigasi. Dengan kualitas sumber air irigasi yang buruk, diperlukan evaluasi dan
penanganan terhadap saluran air irigasi agar tidak mengganggu produktivitas dan kesehatan
para petani serta konsumen.