digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tingginya konsentrasi air pada lapisan pondasi merupakan pemicu utama terjadinya kegagalan perkerasan. Air yang seharusnya tidak berada pada lapisan pondasi dapat mengalir akibat adanya crack dari lapis permukaan maupun rembesan dari tanah dasar dengan kondisi muka air tanah yang tinggi. Akibatnya, lapis pondasi menjadi terlalu lembab. Kelembaban yang berlebihan ini dapat memicu berbagai masalah yang dapat mempengaruhi kinerja perkerasan, baik perkerasan lentur maupun kaku. Di Indonesia sendiri, saat ini telah menggunakan lapis drainase pada struktur lapis perkerasan kaku untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan lapis drainase pada perkerasan kaku menggunakan metode mekanistik empirik AASHTO-MEPDG (2008), yaitu dengan melakukan analisis perubahan pada nilai modulus dan poisson ratio dari material subgrade dan lapis drainase. Sehingga dapat diperoleh pengaruh penggunaan lapis drainase terhadap respon struktur perkerasan dan umur sisa perkerasan. Hasil analisis menunjukkan bahwa perkerasan kaku tanpa lapis drainase memiliki respon struktur tegangan maksimum pada rentang 0,686 – 0,728 MPa pada edge slab dan 1,270 MPa pada corner slab, lendutan pada rentang 0,404 – 0,604 mm pada edge slab dan 0,795 – 1,143 mm pada corner slab. Sedangkan perkerasan kaku dengan menggunakan lapis drainase memiliki respon struktur tegangan maksimum pada rentang 0,670 – 0,713 MPa pada edge slab dan 1,270 MPa pada corner slab, lendutan pada rentang 0,447 – 0,680 mm pada edge slab dan 0,821 – 1,206 mm pada corner slab. Hal ini menunjukkan bahwa perkerasan kaku tanpa lapis drainase memiliki tegangan maksimum lebih tinggi daripada perkerasan kaku yang menggunakan lapis drainase. Sedangkan perkerasan kaku tanpa lapis drainase memiliki lendutan lebih kecil daripada perkerasan kaku yang menggunakan lapis drainase. Kinerja perkerasan kaku dengan lapis drainase juga dapat dipengaruhi oleh tebal lapis drainase itu sendiri, tebal perkerasan, serta nilai CBR efektif tanah dasarnya. Dimana semakin tebal perkerasan dan semakin besar nilai CBR efektif maka hasil analisis fatik dan erosi juga semakin baik. Dari hasil analisis fatik dan erosi, dapat diketahui bahwa dengan nilai CBR 6%, tebal minimum perkerasan menggunakan lapis drainase adalah sebesar 100 mm. Pada variasi tebal lapis drainase, dapat diketahui perubahan nilai time-to-drain dan kaitannya terhadap analisis respon struktur perkerasan kaku. Untuk tebal lapis drainase 15 cm, nilai time-to-drain yaitu 6,80 hari dan termasuk dalam kategori sedang. Kemudian dari hasil analisis respon struktur tegangan maksimum, dapat diketahui bahwa semakin tebal lapis drainase maka semakin kecil tegangan maksimum. Namun semakin tebal lapis drainase, maka semakin besar pula lendutan yang terjadi. Untuk itu, digunakan tebal lapis drainase dengan tebal minimum dari kategori time-to-drain sedang yaitu 15 cm sebagai tebal lapis drainase yang paling efektif. Hal ini sesuai dengan rekomendasi dari Manual Desain Perkerasan Jalan Tahun 2017. Adapun parameter yang berpengaruh terhadap kinerja struktur perkerasan kaku dengan penggunaan lapis drainase adalah parameter tebal lapis drainase yang juga berperan sebagai lapis pondasi, serta parameter variasi jenis tanah dasar yang ditunjukkan dengan variasi modulus reaksi tanah dasar. Adapun pengaruh derajat kejenuhan lapis drainase yang ditunjukkan dengan modulus resilient lapis drainase terhadap respon struktur perkerasan kaku tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Kemudian untuk umur sisa perkerasan pada Ruas Jalan Tol Pasuruan – Probolinggo masih relatif panjang, sehingga dapat disimpulkan bahwa tebal rencana perkerasan masih dalam kondisi baik dan mampu melayani beban kendaraan sampai dengan umur rencana perkerasan.