Banjir merupakan bencana alam yang dapat disebabkan oleh beberapa hal, namun
mayoritas disebabkan oleh curah hujan yang tinggi. Sebagai akibat dari tingkat
keparahan dan peningkatan kejadian hujan lebat yang intens, angin topan, dan
banjir, perkerasan akan kehilangan kemampuan layan-nya lebih cepat dari tingkat
kerusakan normalnya yang ditunjukkan dari kondisi struktural dan kondisi
permukaannya. Pada penelitian ini, dilakukan analisis pengaruh banjir terhadap
deteriorasi perkerasan berdasarkan kondisi permukaannya. Analisis dilakukan pada
ruas jalan nasional di Kalimantan Selatan karena terdampak banjir Kalimantan
Selatan 2021. Parameter kondisi permukaan yang digunakan adalah nilai PCI dan
ketidakrataan (IRI) dari Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Kalimantan Selatan.
Ruas jalan dikategorikan menjadi tiga yaitu ruas jalan dengan lalu lintas rendah,
sedang, dan tinggi. Analisis dilakukan dengan mencari pengaruh kondisi
lingkungan (curah hujan) dan kondisi lalu lintas terhadap kondisi permukaan
perkerasan berdasarkan nilai PCI dan IRI pre- dan post- banjir serta melakukan
analisis perubahan kondisi perkerasan di masa yang akan datang dengan
menggunakan model Markov Chain.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa secara statistik
berdasarkan perbedaan nilai rata-rata IRI dan PCI banjir memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap kenaikan nilai IRI. Berdasarkan tipe lalu lintasnya, terlihat
bahwa pola rata-rata IRI adalah mengalami kenaikan dari pre flood ke post flood
pada ruas banjir dengan lalu lintas sedang dan rendah. Sedangkan untuk ruas banjir
dengan lalu lintas tinggi, pola rata-rata IRI adalah mengalami penurunan dari pre
flood ke post flood. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh banjir terhadap
penurunan nilai IRI tergantung pada tipe lalu lintas ruas jalan.
Pada analisis perubahan kondisi perkerasan berdasarkan nilai IRI menggunakan
model Markov Chain dengan pengulangan empat siklus, diperoleh bahwa adanya
banjir memberikan penurunan kondisi perkerasan yang signifikan terutama pada
kondisi “rusak berat” sebesar 3 hingga 10 kali dari siklus sebelumnya dan menjadi
lebih besar dampaknya pada ruas yang awalnya banjir kemudian pada tahun
selanjutnya banjir. Berdasarkan perbandingan hasil analisis dengan kondisi aktual
pada pengulangan satu siklus, perbedaan persentase distribusi kondisi perkerasan
kurang dari 10% hanya terjadi pada ruas banjir dan ruas tidak banjir lalu lintas tinggi
sedangkan untuk ruas lain persentase perbedaannya masih lebih besar dari 10%.
Hal ini menunjukkan bahwa, analisis perubahan kondisi perkerasan dengan model
ii
Markov Chain belum dapat mewakili seluruh ruas yang ada, yang dapat disebabkan
oleh proses transisi Markov Chain yang digunakan adalah transisi homogen yang
tidak bergantung pada waktu.