Salah satu sektor di industri makanan di Indonesia yang menjadi sorotan adalah
sektor daging sapi. Indonesia pada kenyataannya, harus melakukan impor daging
sapi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia. Hal ini
menyebabkan daging sapi menjadi penting untuk dipantau kualitasnya terlebih
dahulu sebelum dijual atau dikonsumsi. Tingkat kesegaran kualitas daging sapi
dapat dilihat salah satunya dari gas TVOC yang dihasilkan. Namun, keterbatasan
indera manusia dalam mendeteksi kualitas daging sapi cenderung menyebabkan
daging yang dijual atau yang ingin dikonsumsi menjadi tidak segar dan kurang
berkualitas. Hal ini menjurus ke alternatif sistem monitoring menggunakan sensor
IoT untuk membantu proses pemantauan kualitas daging sapi. Namun, penggunaan
baterai dalam sistem monitoring faktanya kurang efisien dikarenakan baterai
menyebabkan limbah lingkungan dan tidak mungkin untuk selalu mengganti
baterai yang sudah habis dipakai.
Berdasarkan kasus di atas maka diusulkan sebuah sistem monitoring daging sapi
berdasarkan kandungan gas TVOC. Energy Harvesting diterapkan sebagai salah
satu teknologi backscatter yang memanfaatkan energi radio frekuensi (RF) di
lingkungan sekitar. Sistem yang diusulkan mencakup sebuah antena microstrip
patch yang beresonansi di frekuensi 915 MHz. Energi dari sinyal radio frekuensi
akan dikonversikan menjadi tegangan DC melalui rangkaian rectifier. Akuisisi data
kandungan gas TVOC diimplementasikan menggunakan sensor CCS811 dan
mikrokontroler Wemos D1 Mini. Selain itu, antarmuka pengguna berupa aplikasi
web dari w3spaces yang datanya diintegrasikan dengan platform IoT, Thingspeak.
Hasil analisis 79.1 x 69 mm antena microstrip patch menunjukkan return loss di
-16.664 dB dan VSWR 1.3437 di frekuensi 915 MHz. Frekuensi operasi memiliki
rentang 756.4 MHz hingga 1468.8 MHz namun, impedansi input belum cocok di
56.3 ?.