digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Salah satu sektor di industri makanan di Indonesia yang menjadi sorotan adalah sektor daging sapi. Indonesia pada kenyataannya, harus melakukan impor daging sapi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia. Hal ini menyebabkan daging sapi menjadi penting untuk dipantau kualitasnya terlebih dahulu sebelum dijual atau dikonsumsi. Tingkat kesegaran kualitas daging sapi dapat dilihat salah satunya dari gas TVOC yang dihasilkan. Namun, keterbatasan indera manusia dalam mendeteksi kualitas daging sapi cenderung menyebabkan daging yang dijual atau yang ingin dikonsumsi menjadi tidak segar dan kurang berkualitas. Hal ini menjurus ke alternatif sistem monitoring menggunakan sensor IoT untuk membantu proses pemantauan kualitas daging sapi. Namun, penggunaan baterai dalam sistem monitoring faktanya kurang efisien dikarenakan baterai menyebabkan limbah lingkungan dan tidak mungkin untuk selalu mengganti baterai yang sudah habis dipakai. Berdasarkan kasus di atas maka diusulkan sebuah sistem monitoring daging sapi berdasarkan kandungan gas TVOC. Energy Harvesting diterapkan sebagai salah satu teknologi backscatter yang memanfaatkan energi radio frekuensi (RF) di lingkungan sekitar. Sistem yang diusulkan mencakup sebuah antena microstrip patch yang beresonansi di frekuensi 915 MHz. Energi dari sinyal radio frekuensi akan dikonversikan menjadi tegangan DC melalui rangkaian rectifier. Akuisisi data kandungan gas TVOC diimplementasikan menggunakan sensor CCS811 dan mikrokontroler Wemos D1 Mini. Selain itu, antarmuka pengguna berupa aplikasi web dari w3spaces yang datanya diintegrasikan dengan platform IoT, Thingspeak. Hasil analisis 79.1 x 69 mm antena microstrip patch menunjukkan return loss di -16.664 dB dan VSWR 1.3437 di frekuensi 915 MHz. Frekuensi operasi memiliki rentang 756.4 MHz hingga 1468.8 MHz namun, impedansi input belum cocok di 56.3 ?.