Pulau Maratua merupakan salah satu pulau yang terpilih dalam rencana
pengembangan strategi blue economy yang dicanangkan oleh Menteri Kelautan dan
Perikanan. Konsep blue economy memiliki dasar untuk meningkatkan pendapatan
negara, mengembangkan budidaya perikanan untuk peningkatan ekspor, dan
pembangunan dan pengembangan kampung budidaya perikanan tawar, payau, dan
laut berbasis kearifan lokal. Selain itu, konsep ini bertujuan untuk mengurangi emisi
karbon sebagai lanjutan dari konsep green economy. Dengan demikian, penyediaan
suplai listrik selama 24 jam menjadi faktor penting dalam proses penerapan strategi
blue economy tersebut. Tidak hanya tersedia selama 24 jam, tetapi sumber energi
yang digunakan juga perlu memperhatikan bauran pembangkit energi terbarukan.
Dengan potensi energi matahari sebesar 5,13 kWh/m2
/hari di pulau tersebut,
penelitian tugas akhir ini bertujuan untuk merencanakan desain sistem PLTS
hibrida paling optimal yang mampu menyediakan kebutuhan listrik selama 24 jam
serta mengindentifikasi kelayakan dari projek tersebut. Perangkat lunak Sketchup
dan PVSyst digunakan untuk memodelkan dan menyimulasikan hasil perhitungan
desain sistem PLTS hibrida. Sementara itu, perangkat lunak Microsoft Excel
digunakan untuk menganalisis parameter keekonomian dan lingkungan. Hasil yang
diperoleh adalah desain sistem PLTS hibrida terdiri dari sistem PLTS, baterai, dan
PLTD yang masing – masing berkapasitas 1.007,16 kWp, 1.920 kWh, dan 1.830
kW. Setelah disimulasikan dengan PVSyst, diperoleh produksi energi sistem PLTS
1.511 MWh, PR 78,06%, dan SF 48,47% di tahun pertama. Selain itu, projek
perencanaan desain sistem PLTS hibrida di Pulau Maratua layak untuk
dilaksanakan karena dapat memberikan keuntungan. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai IRR sebesar 19% yang melebihi laju inflasi dan annual discounted rate yang
telah ditetapkan, yaitu masing – masing sebesar 3,55% dan 8%