digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Jyestha Talitha Bashsha
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Jyestha Talitha Bashsha
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Jyestha Talitha Bashsha
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Jyestha Talitha Bashsha
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Jyestha Talitha Bashsha
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Jyestha Talitha Bashsha
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Perkembangan teknologi mendorong lahirnya bentuk kompetisi baru antara perusahaan dan kompetitornya yang timbul karenya tingginya intensitas interaksi di sosial media. Hal ini semakin diperkuat dengan adanya pandemi Covid-19 yang mengubah gaya hidup dan, terlebih, bagaimana perusahaan beroperasi. Interaksi konsumen semakin tidak terbatas, pertukaran informasi terjadi dengan sangat cepat dan interaktif yang berdampak pada ketergantungan konektivitas virtual pada konsumen. Namun, beberapa sektor industri kurang dapat mengejar perkembangan teknologi yang sedang terjadi. Real estat, yang merupakan salah satu bagian dari industri properti, pada umumnya beroperasi dengan kesenjangan pemanfaatan teknologi dibandingkan dengan entitas lain yang telah bergantung pada inovasi dan pertumbuhan dari pemanfaatan informasi dan teknologi (IT). Penghuni, sebagai konsumen dari industri properti, menunjukkan dan menuntut sebuah permintaan baru terhadap proses tur dan pengelolaan properti secara daring (online) ataupun dengan interaksi fisik langsung yang minimal. Untuk itu, penting bagi perusahaan meninggalkan praktik bisnis yang klasik di bidang real estat, dan mengejar kesenjangan melalui adaptasi teknologi, sehingga perusahaan real estat dapat bertahan dalam persaingan ini.ii Salah satu pemimpin pasar properti di Jakarta adalah Sudirman Central Business Disrtcit (SCBD). Berdasarkan Laporan Kepuasan Pelanggan oleh Kantar (2019), Laporan Kepuasan Pelanggan oleh internal Perusahaan (2020), dan survei yang dilakukan untuk tujuan penelitian ini, responden setuju bahwa SCBD dikelola dengan baik, serta memiliki fitur-fitur yang menjadikan SCBD sebagai suatu pusat kegiatan yang dapat memenuhi banyak kebutuhan. Namun, konsumen hanya dapat merasakan pengalaman di SCBD saat mereka datang dan berinteraksi secara langsung di lokasi. Meskipun SCBD memiliki brand yang kuat, namun perkembangan bisnis terus bergulir. Sejak pandemi, banyak perusahaan mulai mempertimbangkan keperluannya terhadap tempat bekerja; beberapa perusahaan besar teknologi telah beroperasi secara jarak jauh dari mana saja tanpa memerlukan suatu tempat khusus untuk bekerja. Tren saat ini yang menekankan tidak adanya interaksi fisik atau interaksi fisik yang sangat minimal perlu menjadi perhatian tersendiri bagi Perusahaan terkait strategi pemasarannya agar dapat mencakup konsumen yang lebih luas dan tetap relevan terhadap kebutuhan konsumennya–– yang mana kebanyakan dari konsumen tersebut tinggal di rumah. Komunitas yang terkoneksi dengan baik dan era ekonomi berbagi (sharing economy) mendorong perusahaan untuk menilik kembali strategi dan relevansinya saat ini. Dalam hal SCBD, inklusifitas menjadi salah satu variabel penentu antara tenan potensial dan Perusahaan melalui pendekatan nilai (value-based approach). Marketing digital yang berfokus pada lead generation tidak hanya akan menghasilkan jangkauan yang luas dan inklusif, tetapi juga sekaligus menyaring minat (leads) terhadap perkantoran di SCBD yang akan berkontribusi langsung terhadap bisnis Perusahaan. Secara umum, inklusifitas menjadi usulan untuk megimbangi fitur-fitur fisik SCBD yang sangat baik, dengan menambahkan aspek emosional dalam strateginya. Kenyamanan, kemudahan akses, dan keamanan Kawasan akan semakin menarik konsumen apabila Perusahaan berinteraksi dengan menekankan pentingnya fitur emosi dalam penyusunan strategi marketing.