Indonesia menjadi negara yang layak menjadi tujuan investasi pada sektor
pertambangan. Salah satu mineral yang memiliki potensi besar di Indonesia dalam
menunjang perekonomian dan menjadi daya tarik investasi ke depan ialah bijih
bauksit. Dari total produksi penambangan, hanya sebesar 8,1 juta ton bijih bauksit
yang diolah lebih lanjut oleh pabrik pengolahan alumina dalam negeri, sedangkan
sisanya sebesar 20,7 juta ton diekspor dalam bentuk washed bauxite/metallurgical
bauxite. Kondisi industri saat ini, Indonesia masih harus melakukan impor produk
hasil olahan bijih bauksit, baik itu berupa CGA, SGA, aluminium, maupun produk
industri-antara berbasis aluminium.
Dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri diperlukan peningkatan nilai tambah
mineral, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, pada tahun 2023 pemerintah melarang melakukan ekspor bahan mentah
atau bijih maupun washed bauxite sehingga perlu dilakukan pengolahan dan
pemurnian terlebih dahulu, sehingga larangan ini pun mendorong perusahaan untuk
melakukan program hilirisasi dengan membangun fasilitas peleburan dan
pemurnian. Dengan ketersediaan cadangan bijih bauksit yang melimpah namun
belum dimanfaatkan secara optimal, diperlukan kajian lebih lanjut karena
pemanfaatan yang optimal akan berdampak besar dalam aspek ekonomi baik dalam
pemenuhan kebutuhan alumina dan aluminium dalam negeri maupun pendapatan
negara. Adapun pendekatan yang digunakan dalam mengkaji penelitian ini ialah
dengan pendekatan Sistem Dinamik (SD).
Pada penelitian ini, model sistem rantai industri aluminium pada penelitian ini
ditinjau dari dua sisi yaitu pasokan dan permintaan. Sisi pasokan terdiri dari 4
subsistem yaitu subsistem pertambangan bauksit, pengolahan alumina, smelter dan
refinery aluminium, serta industri-antara berbasis aluminium, kemudian sisi
permintaan digambarkan pada subsistem konsumsi aluminium. Hasilnya perolehan
nilai tambah terbesar ialah jika skenario III diterapkan, peningkatan nilai tambah
sebesar 231% dari skenario BaU atau sebanyak USD 10.837.452.000. Selain itu,
skenario III merupakan skenario paling optimal dikarenakan keseluruhan bauksit
dapat diolah di dalam negeri, serta peningkatan kapasitas industri-antara yang akan
berdampak pada peningkatan penyerapan domestik terhadap produk smelter &
refinery yang merupakan bahan baku dalam memproduksi barang industri-antara.