digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penggunaan data pengamatan Global Navigation Satellite System (GNSS) tidak hanya untuk penentuan posisi, tapi juga dimanfaatkan untuk studi lainnya. Salah satu studi pemanfaatan data GNSS, selain penentuan posisi adalah studi meteorologi. Meteorologi menjadi hal yang penting dalam perambatan sinyal GNSS, perambatan sinyal GNSS di atmosfer mengalami gangguan, variabel di atmosfer yang sangat mengganggu perambatan sinyal GNSS adalah kandungan uap air di atmosfer. Dalam penentuan posisi menggunakan GNSS, efek uap air harus dieliminasi secara maksimal karena dianggap sebagai gangguan (noise), akan tetapi, dalam ilmu meteorologi justru dianggap sebagai informasi (signal) yang dapat memberikan gambaran dianggap proses-proses fisis yang terjadi di atmosfer dengan memanfaatkan data uap air yang merupakan variabel yang mengganggu perambatan sinyal GNSS kita dapat mempelajari fenomena-fenomena meteorologis yang ada di Indonesia, dalam Penelitian ini akan fokus terhadap siklus uap air tahunan dan semi-tahunan. Data yang akan digunakan adalah hasil pengamatan GNSS dari stasiun Ina-CORS. Data pengamatan GNSS dari stasiun Ina-CORS dapat diturunkan dimanfaatkan untuk menjadi data PWV. Data PWV dari setiap stasiun pengamatan di Indonesia diolah dengan menggunakan Lomb Scargle Periodogram (LSP) . Selanjutnya analisis spektral dilakukan terhadap periodogram sehingga dapat dipelajari fenomena meteorologis di Indonesia. Selain itu dari periodogram dapat dibuat peta distribusi spasial spektral tahunan dan semi-tahunan di Indonesia dengan memanfaatkan variabel kekuatan sinyal tahunan dan semi-tahunan. Peta distribusi spektral tahunan dan semi-tahunan uap air di Indonesia dapat memberikan informasi batas area siklus tahunan dan semi-tahunan PWV, variasi kekuatan sinyal tahunan dan semi-tahunan PWV dan studi fenomena anomali ENSO.