digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Adriel Favian Senjaya
Terbatas Perpustakaan Prodi Arsitektur
» ITB

Indonesia hingga saat ini belum sepenuhnya tahan pangan karena masih berada pada peringkat ke-69 dari 113 negara dalam hal ketahanan pangan. Peningkatan ketahanan pangan dapat dilakukan melalui peningkatan kuantitas, kualitas, dan keragaman produk pangan. Dalam hal ini, pertanian berperan sebagai sarana produksi di hulu, sementara industri pengolahan pangan berperan sebagai sarana produksi di hilir. Kendalanya adalah luas lahan tanaman pangan tertentu tidak selalu dapat mengimbangi percepatan pertumbuhan penduduk. Sebagai contoh, Kabupaten Bekasi sebagai salah satu lumbung padi nasional di Jawa Barat terus mengalami pengurangan luas lahan pertanian akibat peralihan fungsi lahan menjadi permukiman dan industri. Seiring dengan peralihan fungsi lahan tersebut, perkembangan industri pengolahan ternyata memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan ekonomi sektor lainnya di Kabupaten Bekasi. Dalam keterkaitannya dengan ketahanan pangan, peningkatan ketahanan pangan Indonesia harus melangkah ke arah industrialisasi melalui pengembangan produk olahan. Industri pengolahan pangan mampu meningkatkan produk pangan yang aman, bergizi, dan beragam, sehingga sektor ini memiliki peran signifikan dalam mendukung ketahanan pangan. Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi merencanakan pengembangan kawasan budidaya pada kawasan industri salah satunya berupa pengembangan sentra industri pengolahan di Kecamatan Cikarang Utara. Kota Jababeka sebagai kota berbasis industri di Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, memiliki lokasi yang strategis karena telah memiliki berbagai infrastruktur penunjang kegiatan industri, fasilitas logistik, permukiman, dan fasilitas lainnya. Oleh karena itu, penulis mengajukan gagasan proyek Cikarang Food Park di Kota Jababeka sebagai food hub yang berfokus pada pangan olahan.