digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perkembangan industri konstruksi jalan di Indonesia sangat masif terkait penyediaan infrastruktur untuk mendukung kegiatan ekonomi, salah satu bahan untuk konstruksi jalan adalah pasir dan batu split. PT. Buana Tunggal Sarana Infrastruktur (BTSI) merupakan salah satu perusahaan pertambangan yang memproduksi pasir dan batu pecah yang berlokasi di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Saat ini PT. BTSI kekurangan modal kerja dan utang, karena penipuan yang terjadi di masa lalu, dan menyebabkan perusahaan itu masuk daftar hitam di industri perbankan karena utang yang belum dibayar. PT. Abipraya adalah salah satu pelanggan potensial bagi PT. BTSI, tapi sebagai BUMN, mereka hanya akan melakukan pembayaran pesanan mereka dalam 90 hari. Dalam penelitian ini dilakukan penelitian tentang strategi pembiayaan modal kerja PT. BTSI untuk memenuhi kebutuhan modal kerja guna meningkatkan penjualan dan memenuhi pesanan dari PT. Abipraya. Dalam penelitian ini, ada lima usulan strategi pembiayaan alternatif yang diajukan kepada PT. BTSI, yaitu Revolving Capital Facility, Invoice Discounting, Account Receivables Financing (Factoring), Purchase Order Financing, dan Customer Advances. Berdasarkan kelima alternatif usulan tersebut, Pembiayaan Piutang Usaha (Factoring) merupakan strategi pembiayaan modal kerja yang paling dapat diterapkan dengan modifikasi Two-Step Factoring, dengan melibatkan perusahaan lain yaitu PT. ABC untuk melakukan pembiayaan. Penulis membuat proyeksi laporan keuangan perusahaan untuk 5 tahun kedepan. Proyeksi penjualan ini menghasilkan profitabilitas 14,9 persen pada 2022, 15,8 persen pada 2023, dan 17 persen pada 2024 hingga 2026. Dengan menggunakan strategi pembiayaan modal kerja ini, diharapkan PT. BTSI dapat melunasi utang yang masih menunggak pada tahun ketiga atau kelima, sehingga PT. BTSI dapat mengajukan pinjaman untuk modal kerja, yang dapat memaksimalkan produksi untuk memenuhi permintaan pasar dengan pinjaman.