Perkembangan industri konstruksi jalan di Indonesia sangat masif terkait penyediaan
infrastruktur untuk mendukung kegiatan ekonomi, salah satu bahan untuk konstruksi jalan adalah
pasir dan batu split. PT. Buana Tunggal Sarana Infrastruktur (BTSI) merupakan salah satu
perusahaan pertambangan yang memproduksi pasir dan batu pecah yang berlokasi di Kabupaten
Subang, Jawa Barat. Saat ini PT. BTSI kekurangan modal kerja dan utang, karena penipuan yang
terjadi di masa lalu, dan menyebabkan perusahaan itu masuk daftar hitam di industri perbankan
karena utang yang belum dibayar. PT. Abipraya adalah salah satu pelanggan potensial bagi PT.
BTSI, tapi sebagai BUMN, mereka hanya akan melakukan pembayaran pesanan mereka dalam 90
hari. Dalam penelitian ini dilakukan penelitian tentang strategi pembiayaan modal kerja PT. BTSI
untuk memenuhi kebutuhan modal kerja guna meningkatkan penjualan dan memenuhi pesanan
dari PT. Abipraya.
Dalam penelitian ini, ada lima usulan strategi pembiayaan alternatif yang diajukan kepada PT.
BTSI, yaitu Revolving Capital Facility, Invoice Discounting, Account Receivables Financing
(Factoring), Purchase Order Financing, dan Customer Advances. Berdasarkan kelima alternatif
usulan tersebut, Pembiayaan Piutang Usaha (Factoring) merupakan strategi pembiayaan modal
kerja yang paling dapat diterapkan dengan modifikasi Two-Step Factoring, dengan melibatkan
perusahaan lain yaitu PT. ABC untuk melakukan pembiayaan.
Penulis membuat proyeksi laporan keuangan perusahaan untuk 5 tahun kedepan. Proyeksi
penjualan ini menghasilkan profitabilitas 14,9 persen pada 2022, 15,8 persen pada 2023, dan 17
persen pada 2024 hingga 2026. Dengan menggunakan strategi pembiayaan modal kerja ini,
diharapkan PT. BTSI dapat melunasi utang yang masih menunggak pada tahun ketiga atau kelima,
sehingga PT. BTSI dapat mengajukan pinjaman untuk modal kerja, yang dapat memaksimalkan
produksi untuk memenuhi permintaan pasar dengan pinjaman.