digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Batubara di daerah Satui tersingkap dalam kompleksitas geologi yang beragam. Batubara seam SL2 yang termasuk dalam Formasi Tanjung yang berumur Eosen, tersingkap dalam kondisi geologi kompleks dan moderat. Sedangkan batubara seam EU2 yang termasuk dalam Formasi Warukin yang berumur Miosen, tersingkap dalam kondisi geologi sederhana. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis korelasi antara karakteristik batubara pada seam-seam tersebut dengan lingkungan pengendapan dan kompleksitas geologi yang terjadi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis petrografi untuk mengetahui komposisi maseral dan reflektan vitrinit, juga analisis proximat untuk mengetahui kadar air lembab, kandungan abu, zat terbang, dan karbon padat. Dari hasil analisis petrografi diperoleh komposisi maseral dari masing-masing sample yang mewakili kondisi geologi kompleks, moderat, dan sederhana, yang memperlihatkan karakteristik yang sama. Komposisi maseral umumnya didominasi oleh maseral yang berasal dari tumbuhan perdu dibandingkan dengan maseral yang berasal dari tumbuhan kayu. Dari komposisi maseral dapat diinterpretasikan bahwa gambut pembentuk batubara termasuk tipe gambut oligotrofi dengan jenis rawa gambut bog dalam kondisi hidrologi ombrotrophic, terbentuk dengan fasies lingkungan pengendapan limnik yang terendapkan di rawa danau pada cekungan intramontana. Walaupun terdapat kesamaan tumbuhan asal, fasies dan lingkungan pengendapan, terdapat perbedaan pada nilai random reflektan dari grup maseral vitrinit dan hasil analisis proksimat. Perbedaan tersebut lebih disebabkan karena perbedaan umur antara formasi batuan pembawa batubara, bukan oleh kompleksitas geologi yang berkembang di daerah penelitian.