digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT Garuda Indonesia Tbk. adalah maskapai penerbangan nasional Indonesia yang ternama dan mempunyai beberapa anak perusahaan seperti PT Aero Wisata, PT Sabre Travel Network Indonesia, PT GMFAA, PT Citilink Indonesia, PT ASYST, PT Gapura Angkasa, dan Garuda Indonesia Holiday France. Pada April 2020, dunia telah diguncang ke dalam kondisi kritis karena pandemi Coronavirus dan salah satu indsutri yang paling terpengaruh dari fenomena ini adalah industri penerbangan, termasuk PT Garuda Indonesia Tbk. Selain itu, sebagian besar perusahaan penerbangan telah kehilangan banyak penumpang karena pembatasan penerbangan dari pemerintah untuk menghindari penularan penyakit. Sejak saat itu pula, PT Garuda Indonesia Tbk. harus menghentikan beberapa penerbangan ke daerah domestik tertentu dan negara-negara asing, mengurangi jumlah penumpang hingga 50% dan melakukan pemeriksaan medis untuk semua penumpang di setiap penerbangan. Terlebih lagi, pada tahun 2020, PT Garuda Indonesia diharuskan membayar hutang jatuh tempo sebesar USD 500 juta kepada Global Sukuk Limited dan pemerintah merencanakan akan memberikan pinjaman sebesar IDR 8.5 triliun atau sebesar USD 600 juta dengan asumsi kurs IDR 14,000 di tahun 2020. Namun, keputusan ini masih didiskusikan oleh para pemegang saham karena sifatnya pinjaman. Mempertimbangkan kondisi pembatasan penerbangan baru-baru ini, pengurangan jumlah penumpang, dan peningkatan biaya pemeriksaan medis, penulis melakukan penelitian terhadap perusahaan ini untuk menentukan tindakan perusahaan apa yang akan dilakukan oleh PT Garuda Indonesia Tbk. Untuk memutuskan apakah perusahaan menerima pinjaman atau tidak, penulis menganalisis biaya rata-rata tertimbang modal saat ini dari PT Garuda Indonesia Tbk. dan mencari struktur modal yang optimal untuk membandingkan proporsi hutang dan ekuitas saat ini dan kondisi optimal dari perusahaan. Melihat lini bisnis dan volatilitas pendapatan dan laba PT Garuda Indonesia Tbk., penulis mengambil pendekatan yang sangat konservatif dan oleh karena itu menggunakan semua hutang jangka pendek dan jangka panjang yang mengandung bunga dan nilai pasar dari ekuitas untuk mewujudkan struktur modal yang optimal untuk menentukan strategi pendanaan alternatif terbaik apa yang harus diambil oleh perusahaan. Oleh karena itu untuk merealisasikan rencana tersebut, perusahaan harus bisa membuat perhitungan proporsi pinjaman yang tepat, yang mempunyai rate of return terendah bagi investor, dengan cara menghitung optimal capital structure menggunakan metode weighted average cost of capital (WACC). PT Garuda Indonesia Tbk saat ini mempunyai 76% hutang dan 24% ekuitas, dimana cost of capitalnya sebesar 9.06% dan melalui analisis WACC, penulis menemukan bahwa optimal capital structure yang harus dimiliki garuda untuk melunasi utang jatuh tempo dan agar nilai perusahaannya maksimal harus terdiri dari USD 1,583,506,477 hutang and USD 1,404,241,592 ekuitas, dimana proporsi hutang 53% dan ekuitas 47%.