Sungai Cipunagara mempunyai panjang total ± 104 km dan lebar rata – rata 40 m
merupakan sungai utama dari sistem Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara (1.203
km2), mata airnya terletak di kaki Gunung Tangkuban Perahu (2.706 m dpl) di
Kabupaten Bandung, dan bagian hilirnya sebagian besar merupakan wilayah
Kabupaten Subang. Berdasarkan hasil studi terdahulu serta catatan kejadian banjir
yang ada, Sungai Cipunagara diketahui mempunyai masalah banjir yang cukup serius.
Daerah genangan banjir yang tercatat, meliputi Kecamatan Pamanukan, Pusakanegara
dan Kecamatan Legon Kulon, seluas ± 22 km2 di bagian kanan dan ± 2,5 km2 di
bagian kiri sungai, serta kerusakan yang ditimbulkan melanda area pertanian dan
permukiman yang terletak di bagian utara jalan raya Pantura.
Pemodelan hidraulik Sungai Cipunagara dengan menggunakan HEC – RAS 4.10
dimulai dari bagian hulu, yaitu pertemuan antara Sungai Cipunagara dengan Sungai
Cigadung sampai dengan bagian hilir (muara), sepanjang ± 29 km, memberikan hasil
bahwa kapasitas alur sungai yang ada tidak mampu mengalirkan debit banjir rencana
Q25 = 1.377 m3/dt dengan aman (tanpa terjadi limpasan).
Alternatif pengendalian banjir dilakukan melalui upaya struktural, antara lain :
pembangunan/ peninggian tanggul, dibutuhkan tanggul dengan tinggi 3,90 (maksimal
dan 1,15 m (rata – rata); normalisasi bagian hilir, dapat menurunkan elevasi MAB Q25
sebesar 0,89 m (maksimal) dan 0,35 m (rata – rata); normalisasi bagian hulu dan hilir
menghasilkan penurunan elevasi MAB Q25 sebesar 1,14 m (maksimal) dan 0,63 m
(rata – rata); pembangunan retarding basin seluas 380 ha dapat menurunkan elevasi
MAB Q25 sebesar 0,32 m (maksimal) dan 0,11 m (rata – rata), serta memperlambat
waktu puncak banjir dari 8 jam menjadi 10 jam.
Kombinasi alternatif upaya pengendalian banjir di atas memberikan hasil sebagai
berikut : kombinasi normalisasi hilir dengan tanggul, dibutuhkan tanggul dengan
tinggi maksimal = 3,47 m dan rata – rata = 1,15 m; kombinasi normalisasi bagian hilr
dan hulu dengan tanggul, dibutuhkan tanggul dengan tinggi maksimal= 3,47 m dan
rata – rata = 1,00 m; kombinasi retarding basin dan tanggul, dibutuhkan tanggul
dengan tinggi maksimal = 3,90 m dan rata – rata = 1,10 m.
Alternatif upaya pengendalian banjir secara non struktural melalui kegiatan
penghijauan sehingga 30% wilayah DAS Cipunagara menjadi hutan, memberikan
hasil penurunan debit puncak banjir rata – rata = 8,30%