Nyeri neuropatik merupakan suatu kondisi yang diakibatkan lesi atau penyakit pada
sistem somatosensori. Saat ini prevalensi global nyeri neuropatik berkisar antara
2,6-11%. Keadaan ini dapat mengakibatkan gangguan terhadap kualitas hidup.
Penggunaan obat seperti pregabalin, gabapentin dan carbamazepine telah terbukti
dapat meningkatkan kualitas hidup penderita nyeri neuropatik. Akan tetapi efek
samping penggunaan obat-obatan tersebut dapat mengakibatkan sedasi, hipotensi
ortostatik, resiko terjatuh, dan hipersensitifitas yang dapat mengancam jiwa. Selain
itu, banyak pasien nyeri neuropatik tidak merasa puas terhadap aktivitas anti-nyeri
neuropatik yang dihasilkan. Ageratum conyzoides merupakan tanaman yang
terbukti secara empiris dan preklinis sebagai analgesik. Akan tetapi sampai saat ini
penggunaan tanaman ini sebagai anti-nyeri neuropatik belum diketahui. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas anti-nyeri neuropatik komponen daun
Ageratum conyzoides serta mekanisme kerja dan keamanannya.
Penelitian ini diawali dengan pemisahan komponen minyak atsiri dan komponen
non minyak atsiri (residu distilasi) menggunakan metode distilasi uap air.
Komponen non minyak atsiri atau residu dari distilasi dilakukan ekstraksi
menggunakan pelarut etanol 96%. Pada kedua komponen ini kemudian dilakukan
pengujian hiperalgesia dan alodinia pada hewan uji yang sebelumnya dilakukan
induksi Chronic Constriction Injury (CCI) melalui pembedahan yang dilanjutkan
ligasi pada saraf sciatic. Metode CCI ini dipilih dikarenakan menyerupai nyeri
neuropatik pada manusia di saraf sciatic. Hewan uji dibagi ke dalam tujuh
kelompok yang terdiri dari kelompok normal, sham, negatif, positif (pregabalin
1,08 mg/kg bb), komponen minyak atsiri (100 mg/kg bb), komponen non minyak
atsiri (100 mg/kg bb), serta kelompok yang diberi komponen minyak atsiri dengan
pra perlakuan nalokson (0.01 mg/kg bb). Penelitian ini kemudian dilanjutkan
dengan penentuan komposisi dari kandungan komponen dengan aktivitas nyeri
anti-nyeri neuropatik terbaik. Terhadap tiga komponen utama dari komponen
dengan aktivitas nyeri neuropatik terbaik dilakukan pengujian anti-nyeri neuropatik
dengan metode yang sama. Setelah diketahui komponen aktif dan komponen
penyusun utama yang memberikan aktivitas terbaik, penelitian dilanjutkan dengan
menguji efek kombinasi masing-masing komponen terbaik dengan pregabalin.
Setelah itu dilanjutkan untuk mengetahui mekanisme kerja yang terlibat meliputi
mekanisme aktivasi reseptor opioid, keterlibatan ATP-sensitive potassium channel
dan perubahan kadar Gamma Amino Butyric Acid (GABA). Keterlibatan aktivasi
reseptor opioid dilihat melalui pemberian nalokson, sedangkan peran ATP-sensitive
potassium channel diuji dengan pemberian glibenklamid secara intratekal, adapun
perubahan kadar GABA dilakukan dengan melakukan kadar neurotransmiter ini
menggunakan ELISA dari jaringan tulang belakang L4-L6. Setelah itu, terhadap
komponen yang memberikan aktivitas terbaik sebagai anti-nyeri neuropatik
dilakukan pengujian keamanan meliputi uji toksisitas akut dan uji toksisitas
subkronik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen minyak atsiri daun Ageratum
conyzoides memberikan aktivitas anti-nyeri neuropatik yang signifikan lebih baik
dibandingkan komponen non minyak atsiri (p<0,05) dan kelompok negatif
(p<0,05), namun tidak berbeda dibandingkan pregabalin. Hasil penentuan
komposisi komponen minyak atsiri menggunakan metode GC-MS menunjukkan
adanya 60 komponen senyawa, dengan tiga komponen utama yaitu prekosen II
(21,09%), longifolen (9,94%) dan kariofilen (3,64%). Pada hasil pengujian antinyeri neuropatik terhadap ketiga komponen tersebut menunjukkan aktivitas antinyeri neuropatik hanya dihasilkan oleh longifolen (9,94 mg/kg bb) dan kariofilen
(3,64 mg/kg bb), tetapi tidak untuk prekosen II (21,09 mg/kg bb). Hasil pengujian
kombinasi dengan pregabalin menunjukkan bahwa semua senyawa uji memberikan
peningkatan efek dibandingkan pregabalin monoterapi. Selain itu, hasil pengujian
mekanisme kerja menunjukkan bahwa komponen longifolen hanya melibatkan
aktivasi reseptor opioid, sedangkan komponen minyak atsiri dan kariofilen
melibatkan ketiga mekanisme kerja. Meskipun komponen minyak atsiri dan
kariofilen memiliki mekanisme kerja yang sama, akan tetapi komponen minyak
atsiri memberikan perbedaan signifikan dalam peningkatan konsentrasi GABA
dibandingkan kariofilen (p<0,05). Berdasarkan hasil tersebut dilakukan pengujian
toksisitas terhadap komponen minyak atsiri. Hasil uji toksisitas akut mendapatkan
LD50 sebesar 1247,88 mg/kg bb dan 1674,57 mg/kg bb masing-masing untuk
mencit betina dan jantan. Nilai kedua LD50 tersebut masuk pada kategori toksik
ringan. Dari hasil uji toksisitas subkronik selama 28 hari tidak ditemukan adanya
kematian pada hewan uji, sedangkan pengamatan tanda toksisitas hanya ditemukan
perilaku retching setelah pemberian sediaan, yang menghilang dalam 5 menit. Pada
pengamatan bobot badan tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna
dibandingkan kelompok kontrol. Sedangkan pada pengamatan bobot organ (hati,
jantung paru-paru, limfa, ginjal), parameter biokimia dan hematologi secara umum
tidak diamati perbedaan bermakna, kecuali penurunan bobot organ ginjal,
peningkatan nilai kreatinin, penurunan kadar hemoglobin, eritrosit dan hematokrit
yang terjadi pada tikus jantan. Secara umum, hasil penelitian ini dapat menjadi
dasar untuk pengembangan alternatif pengobatan nyeri neuropatik menggunakan
minyak atsiri dari daun Ageratum conyzoides L.