digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Nyeri neuropatik merupakan suatu kondisi yang diakibatkan lesi atau penyakit pada sistem somatosensori. Saat ini prevalensi global nyeri neuropatik berkisar antara 2,6-11%. Keadaan ini dapat mengakibatkan gangguan terhadap kualitas hidup. Penggunaan obat seperti pregabalin, gabapentin dan carbamazepine telah terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup penderita nyeri neuropatik. Akan tetapi efek samping penggunaan obat-obatan tersebut dapat mengakibatkan sedasi, hipotensi ortostatik, resiko terjatuh, dan hipersensitifitas yang dapat mengancam jiwa. Selain itu, banyak pasien nyeri neuropatik tidak merasa puas terhadap aktivitas anti-nyeri neuropatik yang dihasilkan. Ageratum conyzoides merupakan tanaman yang terbukti secara empiris dan preklinis sebagai analgesik. Akan tetapi sampai saat ini penggunaan tanaman ini sebagai anti-nyeri neuropatik belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas anti-nyeri neuropatik komponen daun Ageratum conyzoides serta mekanisme kerja dan keamanannya. Penelitian ini diawali dengan pemisahan komponen minyak atsiri dan komponen non minyak atsiri (residu distilasi) menggunakan metode distilasi uap air. Komponen non minyak atsiri atau residu dari distilasi dilakukan ekstraksi menggunakan pelarut etanol 96%. Pada kedua komponen ini kemudian dilakukan pengujian hiperalgesia dan alodinia pada hewan uji yang sebelumnya dilakukan induksi Chronic Constriction Injury (CCI) melalui pembedahan yang dilanjutkan ligasi pada saraf sciatic. Metode CCI ini dipilih dikarenakan menyerupai nyeri neuropatik pada manusia di saraf sciatic. Hewan uji dibagi ke dalam tujuh kelompok yang terdiri dari kelompok normal, sham, negatif, positif (pregabalin 1,08 mg/kg bb), komponen minyak atsiri (100 mg/kg bb), komponen non minyak atsiri (100 mg/kg bb), serta kelompok yang diberi komponen minyak atsiri dengan pra perlakuan nalokson (0.01 mg/kg bb). Penelitian ini kemudian dilanjutkan dengan penentuan komposisi dari kandungan komponen dengan aktivitas nyeri anti-nyeri neuropatik terbaik. Terhadap tiga komponen utama dari komponen dengan aktivitas nyeri neuropatik terbaik dilakukan pengujian anti-nyeri neuropatik dengan metode yang sama. Setelah diketahui komponen aktif dan komponen penyusun utama yang memberikan aktivitas terbaik, penelitian dilanjutkan dengan menguji efek kombinasi masing-masing komponen terbaik dengan pregabalin. Setelah itu dilanjutkan untuk mengetahui mekanisme kerja yang terlibat meliputi mekanisme aktivasi reseptor opioid, keterlibatan ATP-sensitive potassium channel dan perubahan kadar Gamma Amino Butyric Acid (GABA). Keterlibatan aktivasi reseptor opioid dilihat melalui pemberian nalokson, sedangkan peran ATP-sensitive potassium channel diuji dengan pemberian glibenklamid secara intratekal, adapun perubahan kadar GABA dilakukan dengan melakukan kadar neurotransmiter ini menggunakan ELISA dari jaringan tulang belakang L4-L6. Setelah itu, terhadap komponen yang memberikan aktivitas terbaik sebagai anti-nyeri neuropatik dilakukan pengujian keamanan meliputi uji toksisitas akut dan uji toksisitas subkronik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen minyak atsiri daun Ageratum conyzoides memberikan aktivitas anti-nyeri neuropatik yang signifikan lebih baik dibandingkan komponen non minyak atsiri (p<0,05) dan kelompok negatif (p<0,05), namun tidak berbeda dibandingkan pregabalin. Hasil penentuan komposisi komponen minyak atsiri menggunakan metode GC-MS menunjukkan adanya 60 komponen senyawa, dengan tiga komponen utama yaitu prekosen II (21,09%), longifolen (9,94%) dan kariofilen (3,64%). Pada hasil pengujian antinyeri neuropatik terhadap ketiga komponen tersebut menunjukkan aktivitas antinyeri neuropatik hanya dihasilkan oleh longifolen (9,94 mg/kg bb) dan kariofilen (3,64 mg/kg bb), tetapi tidak untuk prekosen II (21,09 mg/kg bb). Hasil pengujian kombinasi dengan pregabalin menunjukkan bahwa semua senyawa uji memberikan peningkatan efek dibandingkan pregabalin monoterapi. Selain itu, hasil pengujian mekanisme kerja menunjukkan bahwa komponen longifolen hanya melibatkan aktivasi reseptor opioid, sedangkan komponen minyak atsiri dan kariofilen melibatkan ketiga mekanisme kerja. Meskipun komponen minyak atsiri dan kariofilen memiliki mekanisme kerja yang sama, akan tetapi komponen minyak atsiri memberikan perbedaan signifikan dalam peningkatan konsentrasi GABA dibandingkan kariofilen (p<0,05). Berdasarkan hasil tersebut dilakukan pengujian toksisitas terhadap komponen minyak atsiri. Hasil uji toksisitas akut mendapatkan LD50 sebesar 1247,88 mg/kg bb dan 1674,57 mg/kg bb masing-masing untuk mencit betina dan jantan. Nilai kedua LD50 tersebut masuk pada kategori toksik ringan. Dari hasil uji toksisitas subkronik selama 28 hari tidak ditemukan adanya kematian pada hewan uji, sedangkan pengamatan tanda toksisitas hanya ditemukan perilaku retching setelah pemberian sediaan, yang menghilang dalam 5 menit. Pada pengamatan bobot badan tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna dibandingkan kelompok kontrol. Sedangkan pada pengamatan bobot organ (hati, jantung paru-paru, limfa, ginjal), parameter biokimia dan hematologi secara umum tidak diamati perbedaan bermakna, kecuali penurunan bobot organ ginjal, peningkatan nilai kreatinin, penurunan kadar hemoglobin, eritrosit dan hematokrit yang terjadi pada tikus jantan. Secara umum, hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk pengembangan alternatif pengobatan nyeri neuropatik menggunakan minyak atsiri dari daun Ageratum conyzoides L.