ABSTRAK Evelyn Sarah Rumondang
Terbatas Perpustakaan Prodi Arsitektur
» ITB
Terbatas Perpustakaan Prodi Arsitektur
» ITB
Individu-individu berkebutuhan khusus di Indonesia semakin banyak, namun tetap terlihat adanya
seregrasi antara individu berkebutuhan khusus dan non-berkebutuhan khusus. Seregrasi ini tercipta
karena adanya stigma negatif di kalangan masyarakat terhadap individu berkebutuhan khusus. Stigma
negatif ini berakibat buruk terhadap individu-individu berkebutuhan khusus, terutama dalam hal
pendidikan, pekerjaan, atau bahkan dalam menikmati hal dasar warga seperti fasilitas umum. Untuk
menghapus stigma ini secara perlahan, salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan
dibangunnya sekolah dasar inklusif di mana anak-anak berkebutuhan khusus dan non-berkebutuhan
khusus dapat berinteraksi dan mengenal masing-masing. Sekolah dasar inklusif ini diproyeksikan
dapat menciptakan lingkungan di mana inklusi sosial terjadi, dengan harapan dapat dibawa menjadi
bekal dasar di lingkungan amsyarakat di masa depan. Dikarenakan kebutuhan khusus yang ada cukup
banyak, dibutuhkan pembatasan. Maka dari itu, sekolah dasar inklusif ini dikhususkan untuk individu
tidak berkebutuhan khusus, individu yang memiliki Attention Defisit Hyperactivity Disorder, Hearing
Impairement, dan Autistic Spectrum Disorder. Sekolah dibangun di Provinsi DKI Jakarta dan berada di
lahan seluas 6108,83 M2 di mana disediakan 12 kelas inklusif dan 2 kelas eksklusif. Konsep utama
sekolah merupakan penggabungan konsep inklusivitas dan interaksi manusia. Kedua konsep utama ini
dikembangkan sehingga menciptakan beberapa strategi, seperti organisasi ruang berdasarkan stimuli,
elemen wayfinding yang baik, desain kelas tipikal yang komperehensif, dan rencana lanskap
berdasarkan indera manusia.