digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Evelyn Sarah Rumondang
Terbatas Perpustakaan Prodi Arsitektur
» ITB

Individu-individu berkebutuhan khusus di Indonesia semakin banyak, namun tetap terlihat adanya seregrasi antara individu berkebutuhan khusus dan non-berkebutuhan khusus. Seregrasi ini tercipta karena adanya stigma negatif di kalangan masyarakat terhadap individu berkebutuhan khusus. Stigma negatif ini berakibat buruk terhadap individu-individu berkebutuhan khusus, terutama dalam hal pendidikan, pekerjaan, atau bahkan dalam menikmati hal dasar warga seperti fasilitas umum. Untuk menghapus stigma ini secara perlahan, salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan dibangunnya sekolah dasar inklusif di mana anak-anak berkebutuhan khusus dan non-berkebutuhan khusus dapat berinteraksi dan mengenal masing-masing. Sekolah dasar inklusif ini diproyeksikan dapat menciptakan lingkungan di mana inklusi sosial terjadi, dengan harapan dapat dibawa menjadi bekal dasar di lingkungan amsyarakat di masa depan. Dikarenakan kebutuhan khusus yang ada cukup banyak, dibutuhkan pembatasan. Maka dari itu, sekolah dasar inklusif ini dikhususkan untuk individu tidak berkebutuhan khusus, individu yang memiliki Attention Defisit Hyperactivity Disorder, Hearing Impairement, dan Autistic Spectrum Disorder. Sekolah dibangun di Provinsi DKI Jakarta dan berada di lahan seluas 6108,83 M2 di mana disediakan 12 kelas inklusif dan 2 kelas eksklusif. Konsep utama sekolah merupakan penggabungan konsep inklusivitas dan interaksi manusia. Kedua konsep utama ini dikembangkan sehingga menciptakan beberapa strategi, seperti organisasi ruang berdasarkan stimuli, elemen wayfinding yang baik, desain kelas tipikal yang komperehensif, dan rencana lanskap berdasarkan indera manusia.