Partikulat halus berukuran 2,5 mikron merupakan komponen utama polutan udara yang
mengganggu kondisi lingkungan dan kesehatan manusia, khususnya anak-anak karena sistem
kekebalan tubuh mereka yang belum sempurna. Bandung memiliki kondisi geografis yang
berupa cekungan yang menyebabkan polutan sulit tersebar. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis risiko kesehatan non-karsinogenik pajanan PM2.5 pada anak-anak di tiga sekolah
dasar Kota Bandung. Desain studi merupakan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL).
Pengukuran konsentrasi PM2.5 berada di 4 titik di setiap sekolah dengan menggunakan
instrumen berupa particulate counter, yaitu HTI HT-9600. Responden adalah siswa yang ruang
kelasnya dilakukan pengukuran konsentrasi PM2.5. Konsentrasi PM2.5 yang terukur pada
ketiga sekolah menunjukkan bahwa konsentrasi PM2.5 di dalam ruang kelas relatif lebih besar
dibandingkan dengan konsentrasi PM2.5 di luar ruangan. Konsentrasi PM2.5 dari ketiga sekolah
dilakukan uji non-parametrik Kruskal-Wallis yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara lokasi sekolah pada kategori jalan tertentu dengan konsentrasi PM2.5 di area
sekolah. Untuk menentukan tingkat bahaya kesehatan akibat terpapar PM2.5, digunakan
perbandingan antara asupan rata-rata PM2.5 yang diterima oleh siswa dan nilai ambang batas
(RfC) yang ditetapkan. Perbandingan ini disebut sebagai Risk Quotient (RQ) dan jika RQ lebih
dari 1, maka terdapat risiko yang perlu diatasi. Berdasarkan analisis dengan durasi pajanan
sesuai waktu nyata dan proyeksi 6 tahun, diperoleh hasil bahwa Pajanan PM2.5 masih dalam batas aman.