digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang ditandai dengan menurunnya kepadatan tulang yang dapat mengakibatkan pengeroposan tulang, sehingga memiliki risiko mudah terjadi patah tulang. Prevalensi osteoporosis cukup tinggi pada geriatri. Masalah medis yang kompleks umumnya ditemui pada pasien geriatri, sehingga menyebabkan golongan usia ini rentan terhadap timbulnya masalah-masalah yang berkaitan dengan obat yang dapat mempengaruhi hasil terapi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menilai kejadian masalah terkait obat potensial pada pasien geriatri penderita osteoporosis dengan atau tanpa penyakit komorbid. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian non-eksperimental deskriptif dengan rancangan cross sectional secara retrospektif dengan melihat data rekam medik pasien selama periode Januari 2018 - Desember 2020. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode non probability sampling yaitu purposive sampling, dengan jumlah sampel 100 pasien. Kriteria inklusi subjek adalah pasien rawat jalan dengan diagnosis osteoporosis dengan atau tanpa penyakit komorbid yang merupakan pasien usia 60 tahun ke atas, sedangkan 'criteria eksklusinya adalah pasien dengan rekam medis tidak lengkap atau tidak terbaca. Klasifikasi drug related problems (DRPs) menggunakan Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) versi 9.1. Hasil analisis DRPs potensial menunjukkan bahwa terdapat 43 kasus (39,09 %) interaksi obat, 29 kasus (26,36 %) polifarmasi, 9 kasus (8,18 %) dosis subterapi, 9 kasus (8,18 %) frekuensi pemberian obat kurang, 6 kasus (5,45 %) indikasi tidak ditangani, 5 kasus (4,55 %) pemilihan obat tidak sesuai pedoman, 5 kasus (4,55 %) lama pengobatan terlalu singkat, 3 kasus (2,73 %) pemberian obat tanpa indikasi, dan 1 kasus (0,91 %) duplikasi obat. Total kejadian DRPs sebanyak 58 %. Obat yang paling banyak menyebabkan DRPs adalah Kalsium. Analisis bivariat menunjukkan bahwa diagnosis penyakit dan jumlah obat secara signifikan meningkatkan kejadian DRPs pada pasien (p < 0.05). Analisis multivariat menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa variabel jumlah obat terdapat perbedaan signifikan dalam meningkatkan kejadian DRPs pada pasien (p < 0.05).