digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia masih bergantung pada sumber energi fosil. Menurut BPPT (2021), “hingga tahun 2019 tercatat 90,7% penyediaan energi primer nasional dipenuhi dari batubara, minyak bumi dan gas bumi.” Jika Indonesia tidak menggunakan sumber energi lain, maka akan terjadi krisis energi di masa depan. Sumber energi terbarukan adalah angin, sinar matahari dan mikrohidro, yang lebih ramah lingkungan. Berdasarkan Pasal 20 ayat 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi menyebutkan, “Penyediaan Energi Baru dan Terbarukan wajib ditingkatkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.” Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) adalah pembangkit listrik yang menggunakan tenaga air seperti saluran irigasi, sungai atau air terjun alami. Pada perencanaan pembangunan pembangkit listrik, diperlukan studi lebih lanjut tentang kelayakan dan desain pembangkit listrik. Tugas akhir ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan finansial pembangunan PLTM Parmonangan - 2 dengan kapasitas 2x5 MW. Dalam penelitian ini, penulis telah melakukan studi kelayakan finansial dengan menghitung Net Present Value, Internal Rate of Return, Discounted Payback Period dan Sensitivity Analysis untuk mengetahui kelayakan finansial pembangunan PLTM Parmonangan – 2. Total Net Present Value untuk proyek ini berdasarkan Kondisi 1 yang didasarkan pada Kondisi Normal; artinya proyek berjalan lancar seperti yang diharapkan tanpa cost overrun dan tidak ada penurunan pendapatan yaitu sebesar Rp. 217.154.350.279 yaitu lebih besar dari nol maka NPVnya Positif. Kemudian, berdasarkan Analisis Sensitivitas yang dilakukan berdasarkan 5 kondisi yang mungkin terjadi selama masa konstruksi dan selama umur ekonomis PLTM Parmonangan – 2 dapat disimpulkan bahwa apabila terjadi pembengkakan biaya dan/atau penurunan pendapatan, maka NPV-nya masih lebih tinggi dari nol, IRR masih lebih tinggi dari suku bunga pinjaman, dan Discounted Payback Period pada kondisi terburuk yaitu Kondisi 5 ketika biaya proyek meningkat sebesar 10% termasuk pembengkakan biaya pada tahap konstruksi dan biaya operasi & pemeliharaan dan pendapatan menurun sebesar 10%, hanya 1 tahun lebih lama dari kondisi normal. Berdasarkan studi kelayakan finansial di atas, dapat disimpulkan bahwa Pembangunan PLTM Parmonangan – 2 layak secara finansial.