Industri agri-pangan merupakan salah satu industri terpenting bagi umat manusia, karena berkaitan dengan pengadaan sumber salah satu kebutuhan pokok manusia: pangan. Namun, seiring dengan perkembangan komunitas manusia, ada beberapa masalah yang muncul dari industri ini. Masalah-masalah ini dapat ditangani melalui penggunaan manajemen rantai pasok untuk menangani industri. Manajemen rantai pasok dalam industri agribisnis pangan sendiri memiliki beberapa karakteristik, salah satunya adalah adanya produk sampingan yang tak terhindarkan dari proses tersebut. Produk sampingan ini umumnya dipandang sebagai limbah dan langsung dibuang, sehingga hilangnya kemungkinan memperoleh nilai ekonomi darinya. Hal ini dapat dihindari dengan penerapan konsep ekonomi sirkular dalam rantai pasok.
Kunci dari ekonomi sirkular adalah penggunaan limbah sebagai sumber daya oleh proses lain, yang kemudian akan menyediakan sumber daya untuk proses asli. Menerapkan konsep ini ke rantai pasokan pertanian pangan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, dengan yang paling populer adalah memproduksi pupuk dari kotoran hewan dan menggunakan pupuk tersebut untuk menghasilkan produk tanaman yang kemudian juga dapat digunakan untuk memberi makan hewan. Meskipun ada berbagai penelitian tentang bagaimana menerapkan konsep-konsep ini dalam rantai pasokan, ada kekurangan penelitian mengenai aspek sosial dan perilaku: hubungan dan interaksi antara pemangku kepentingan dan perilaku pemangku kepentingan. Aspek-aspek rantai pasokan ini sebenarnya penting untuk dipertimbangkan, seperti yang ditunjukkan oleh berbagai penelitian dalam rantai pasokan pertanian pangan dan juga dari kasus penerapan ekonomi sirkular dalam rantai pasokan. Ada kasus implementasi yang gagal, kebanyakan disebabkan oleh masalah perilaku pemangku kepentingan rantai pasokan.
Penelitian ini mencoba untuk mendefinisikan kunci keberhasilan penerapan konsep ekonomi sirkular dalam rantai pasokan pertanian pangan, khususnya dalam aspek sosial dan perilaku. Dalam melakukan penelitian, ada lima masalah utama yang dibahas dalam pertanyaan penelitian: proses rantai pasokan untuk menerapkan konsep ekonomi sirkular, aktor yang diperlukan untuk implementasi beserta karakteristik dan perilakunya, mekanisme interaksi antar aktor, dan bagaimana mengukur keberhasilannya. implementasi.
Pertanyaan penelitian akan dijawab melalui pengembangan tiga model: model sistem lunak, model referensi operasi rantai pasok, dan model berbasis agen. Model-model ini akan dikembangkan berdasarkan studi kasus sebuah perusahaan yang memproduksi pupuk organik, OrganicFe Co. Model sistem lunak dikembangkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
baik tentang kondisi kasus saat ini dan kemungkinan penyesuaian sistem untuk kinerja yang lebih baik. Deskripsi dasar mengenai pelaku rantai pasok beserta karakteristik dan perilakunya juga dapat ditemukan dalam model ini. Model referensi operasi rantai pasok digunakan untuk menentukan proses rantai pasok yang dibutuhkan dalam implementasinya, beserta aktor yang melakukan proses tersebut. Interaksi antar aktor juga didefinisikan dalam model referensi. Akhirnya, dengan menggunakan model berbasis agen, sistem saat ini dan sistem yang diusulkan disimulasikan. Kedua sistem kemudian dibandingkan berdasarkan metrik kinerja untuk mengamati apakah sistem yang diusulkan berkinerja lebih baik daripada sistem saat ini.
Dari penelitian, ditemukan bahwa proses terpenting dalam menerapkan konsep ekonomi sirkular dalam rantai pasokan pertanian pangan adalah proses perencanaan dan penggunaan/daur ulang. Tahap perencanaan sangat penting untuk berbagi informasi antar aktor sehingga mereka dapat membuat keputusan rantai pasokan berdasarkan informasi tersebut. Proses penggunaan/daur ulang pada dasarnya adalah bagaimana sampah diolah menjadi sumber daya, fokus utama dari konsep ekonomi sirkular. Pelaku utama dalam pelaksanaannya adalah pelaku penanganan sampah: pemulung, pemilah sampah, dan pengolah sampah. Namun, mungkin ada kasus di mana peran ini dilakukan oleh hanya satu aktor. Adapun perilaku yang dibutuhkan aktor, ada tiga perilaku penting: percaya, kooperatif, dan mau menimba ilmu. Meskipun ada beberapa mekanisme interaksi yang mungkin digunakan dalam implementasi, ada empat di antaranya yang dapat diterapkan pada sistem: berbagi informasi, akuntabilitas kinerja, penyelarasan insentif, dan sinkronisasi keputusan. Dalam kasus OrganicFe Co., penting untuk mengamati keuntungan dan pendapatan dari OrganicFe Co. dan petani untuk menentukan apakah skenario yang diusulkan lebih baik dari sistem saat ini. Dari hasil simulasi, meskipun ada beberapa peningkatan pendapatan untuk OrganicFe Co., petani mungkin mendapatkan keuntungan yang lebih baik dalam sistem saat ini daripada di sistem yang diusulkan. Oleh karena itu, disarankan agar meyakinkan petani untuk tetap berada dalam sistem harus melibatkan insentif selain keuntungan