digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Adli Rafdi Annas
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Adli Rafdi Annas
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Adli Rafdi Annas
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Adli Rafdi Annas
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Adli Rafdi Annas
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Adli Rafdi Annas
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Dibandingkan dengan negara lain, Indonesia merupakan salah satu pasar terbesar untuk bisnis tembakau, terhitung sekitar 261,4 ribu metrik ton tembakau yang diproduksi pada tahun 2020. Pada tahun 2020, industri tembakau Indonesia menghasilkan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 135, 94 triliun rupiah Indonesia. Menurut survei yang dilakukan oleh Kementerian Perindustrian Indonesia, industri tembakau menyumbang lebih dari 96 persen dari penerimaan cukai nasional, dengan cukai menyumbang 1,2 persen terhadap PDB. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk dan PT Gudang Garam Tbk, dua produsen tembakau terbesar di Indonesia, bersaing memperebutkan pangsa pasar. Untuk mempelajari persaingan, diperlukan analisis kinerja keuangan untuk memilih perusahaan rokok terbaik. Kinerja keuangan perusahaan-perusahaan ini diukur dengan menggunakan metodologi yang digariskan dalam Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) KP MEN 100 MBU/2002. Namun, analisis rasio keuangan saja tidak cukup. Baik perusahaan maupun investor harus menilai risiko yang terkait dengan investasi mereka. Dengan demikian, analisis Economic Value Added (EVA) digunakan untuk menentukan nilai tambah yang dihasilkan oleh bisnis sebagai akibat dari penurunan biaya modal yang terkait dengan investasi yang dilakukan. Sebagai hasil dari perhitungan tersebut, HMSP memiliki kinerja keuangan yang kuat dan diklasifikasikan sebagai perusahaan yang sehat dengan peringkat peringkat AAA, kecuali untuk tahun 2016, ketika perusahaan hanya menerima peringkat peringkat AA. Selain itu, GGRM tergolong perusahaan yang sehat, meskipun dengan tingkat AA yang lebih rendah setiap tahunnya. Dari 2016 hingga 2017, HMSP dan GGRM menghasilkan EVA, yang berfluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kedua perusahaan mampu menghasilkan nilai bagi pemegang saham.