digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Persediaan merupakan salah satu komponen modal kerja yang sangat penting, terutama dalam industri benih. Ketepatan persediaan benih merupakan kunci keberhasilan karena pengisian kembali stok benih membutuhkan waktu lebih dari enam bulan, sedangkan waktu tanam tergantung pada musim dan cuaca. Pada tahun 2019, PT XYZ mencadangkan persediaan usang sebesar Rp 40 miliar atau 13% dari total persediaan yang ada. Kondisi ini terutama disebabkan kurangnya koordinasi antara bagian penjualan, perencanaan persediaan dan produksi benih. Pembelian persediaan hanya didasarkan pada rencana akhir tahun, dan evaluasi berkala tidak dilakukan secara bersama-sama. Setiap perubahan dalam departemen penjualan atau produksi dicatat di bagian masing-masing saja. Selain itu, perusahaan tidak mempertimbangkan lead time dan waktu yang tepat untuk menanam setiap tanaman, padahal setiap tanaman memiliki lead time dan waktu tanam yang berbeda. Inventaris lain yang dapat mempengaruhi produksi benih (misalnya, stock seed /parental seed) tidak disertakan dalam rencana pembelian inventaris karena perusahaan tidak memiliki product tree atau bill of material. Penelitian ini mencoba menganalisis permasalahan persediaan di perusahaan dengan menggunakan metode campuran (kualitatif dan kuantitatif) untuk memberikan solusi yang dapat mencegah terjadinya bad stock yang signifikan di masa yang akan datang. Sebagai rekomendasi akhir, empat solusi potensial diusulkan untuk masalah persediaan perusahaan melalui ABC Analysis dan Sales & Operation Planning (S&OP). Yang pertama adalah membuat product tree atau bill of material yang akan membantu perusahaan memahami bahan baku yang saling terkait; dengan demikian, akan lebih mudah untuk merencanakan bahan yang dibutuhkan. Yang kedua adalah mengidentifikasi karakteristik setiap persediaan berdasarkan product tree yang dibuat sebelumnya. Berdasarkan identifikasi tersebut, perusahaan dapat menentukan model persediaan yang sesuai (Fixed-Time Inventory Model atau Fixed-Quantity Inventory Model) untuk setiap karakteristik persediaan. Ketiga, meningkatkan kolaborasi antara penjualan dan operasi melalui S&OP. Kolaborasi ini akan membantu perusahaan untuk memahami setiap perubahan rencana yang dibuat oleh departemen yang berbeda dan mengambil inisiatif untuk menanggapi perubahan tersebut. Terakhir, pengelompokan persediaan menggunakan ABC Analysis akan membantu perusahaan mengalokasikan waktu dan energinya untuk mengevaluasi persediaan penting. Pengelompokan ini akan membantu perusahaan fokus pada 46 varietas dan membantu perusahaan memitigasi risiko kelebihan persediaan Rp 46,7 miliar dan kekurangan persediaan Rp 77 miliar.