Batubara merupakan hasil tambang yang memiliki beragam manfaat. Pada umumnya, batubara di Indonesia dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang biasa disebut batubara uap atau sebagai bahan
baku industri baja yang biasa disebut batubara kokas. Baik batubara uap maupun batubara kokas memiliki spesifikasi kualitas yang berbeda satu sama lainnya sesuai dengan kebutuhan dari proses
pemanfaatanya masing-masing. Agar batubara dapat dimanfaatkan sesuai dengan kualitasnya, perlu
dilakukan pengujian kualitas terhadap sampel-sampel batubara. Pada penelitian ini dipilih contoh
batubara yang berasal dari beberapa formasi geologi pembawa batubara, yaitu Formasi Batu Ayau
dan Formasi Tanjung di Cekungan Barito, Formasi Balikpapan di Cekungan Kutai, dan Formasi Muara Enim di Cekungan Sumatera Selatan. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian proksimat, pengujian ultimat, pengukuran nilai kalori, dan pengujian FSI (Free Swelling Index). Hasil dari pengujian-pengujian tersebut akan mencerminkan proses pembatubaraan yang telah dialami oleh batubara. Batubara yang telah mengalami pembatubaraan hingga peringkat Subbituminus dengan tipikal Gross Calorific Value di kisaran 5000 kcal/kg (ar), kandungan air di bawah 36 % (ar), kandungan abu di bawah 15% (adb), kandungan zat terbang di kisaran 40% (adb), dan kandungan sulfur di bawah 0,9% (adb) lebih cocok untuk dimanfaatkan sebagai batubara uap. Sedangkan batubara yang telah mengalami pembatubaraan hingga peringkat bituminus dengan tipikal kandungan air di bawah 15% (ar), kandungan abu di bawah 12% (adb), kandungan belerang di bawah 1% (adb), dan FSI di atas 6 lebih cocok untuk dijadikan batubara kokas.