digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Widya Ayu Safitri
EMBARGO  2026-03-06 

BAB 2 Widya Ayu Safitri
EMBARGO  2026-03-06 

BAB 3 Widya Ayu Safitri
EMBARGO  2026-03-06 

BAB 4 Widya Ayu Safitri
EMBARGO  2026-03-06 

BAB 5 Widya Ayu Safitri
EMBARGO  2026-03-06 


Nanometal perak adalah salah satu jenis nanopartikel yang banyak digunakan di berbagai bidang. Nanometal perak dapat digunakan sebagai agen antimikroba, antifungi, antivirus, antioksidan, terapeutik, pembalut luka, biosensor, coating dan katalis. Nanometal perak mayoritas diproduksi menggunakan metode fisika dan kimia. Namun, metode ini memiliki banyak kekurangan seperti penggunaan bahan yang berbahaya, mahal dan perlu perlakuan lanjut untuk aplikasi biomedis. Oleh karena itu dilakukan sintesis nanometal perak menggunakan agen-agen biologis yang lebih ramah lingkungan serta rendah konsumsi energinya. Agen-agen biologis ini dapat berupa bakteri, fungi dan tumbuhan. Bakteri dan fungi memiliki kelemahan yakni dibutuhkan tempat yang steril untuk pertumbuhannya, selain itu, laju reaksi biosintesisnya rendah sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk sintesis dan perolehan prosesnya rendah. Indonesia memiliki berbagai macam tanaman yang berpotensi untuk digunakan pada biosintesis nanometal perak. Akan tetapi penelitian komprehensif mengenai efek parameter terhadap biosintesis nanometal masih sedikit sehingga penelitian ini dilakukan. Diharapkan penelitian ini dapat membantu penelitian selanjutnya dalam mempertimbangkan metode biosintesis nanometal perak. Pada penelitian ini, digunakan ekstrak buah rotan (Daemonorops draco), daun ciplukan (Physalis angulate), daun sembung (Blumea balsamifera), daun rendeu (Staurogyne elongate) dan daun keji beling (Strobilanthes crispa) sebagai agen pereduksi dan stabilisasi nanometal perak. Pemilihan jenis tanaman tersebut didasarkan pada percobaan pendahuluan yang dilakukan. Pada penelitian ini, biosintesis nanometal perak akan divariasikan berdasarkan waktu sintesis, volume ekstrak dan konsentrasi prekursor pada temperatur 80 oC dengan menggunakan prekursor AgNO3. Penelitian bertujuan untuk menentukan waktu sintesis, volume ekstrak dan konsentrasi prekursor optimum, menentukan ukuran nanometal yang terbentuk dan perolehannya. Oleh karena itu pada percobaan biosintesis nanometal perak ini akan dikarakterisasi menggunakan UV-Visual Spectrophotometer (UVVis), Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FT-IR), Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (SEM-EDX), Particle Size Analyzer (PSA) dan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan di laboratorium, diperoleh waktu sintesis optimum untuk masing-masing buah rotan, daun ciplukan, sembung, rendeu dan keji beling adalah 1, 7, 19, 44 dan 14 menit. Volume ekstrak optimum untuk masing-masing buah rotan, daun ciplukan, sembung, rendeu dan keji beling adalah 1, 1, 5, 9 dan 7 mL. Konsentrasi prekursor optimum untuk masing-masing buah rotan, daun ciplukan, sembung, rendeu dan keji beling adalah 4, 8, 14, 6 dan 10 mM. Kemudian dilakukan percobaan dengan parameter optimum sebagai parameter percobaan. Hasil karakterisasi menggunakan Eh-pH, SEM-EDX dan FTIR menunjukkan terbentuk nanometal perak pada biosintesis menggunakan semua ekstrak tanaman. Dari karakterisasi menggunakan PSA, didapatkan ukuran rata-rata nanometal perak untuk masing-masing buah rotan, daun ciplukan, sembung, rendeu dan keji beling adalah 302,07 ± 35,30 nm, 1037,40 ± 669,33 nm, 621,17 ± 593,03 nm, 340,10 ± 118,73 nm, 239,20 ± 63,73 nm. Dari karakterisasi menggunakan AAS didapatkan perolehan untuk masing-masing buah rotan, daun ciplukan, sembung, rendeu dan keji beling adalah 94,30%, 88,44%, 88,50%, 85,34%, 88,16%.