Metode relokasi hiposenter gempabumi menjadi metode yang umum digunakan
dalam meningkatkan akurasi lokasi hiposenter gempabumi yang mana dapat
membantu dalam pemahaman mekanisme fisik suatu kejadian gempabumi. Pada
penelitian ini, penulis melakukan relokasi hiposenter rangkaian gempabumi Ambon
2019 MW 6,5 dengan pendekatan metode double-difference menggunakan data
korelasi silang waveform untuk meningkatkan akurasi lokasi hiposenter serta
memahami karakteristik kegempaan di wilayah Pulau Ambon dan sekitarnya.
Penelitian ini menggunakan data kejadian gempabumi yang terekam pada 11
seismograf jaringan regional BMKG di Kepulauan Maluku. Selama periode 18
September hingga 18 Oktober 2019, penulis berhasil mengidentifikasi 1377
kejadian gempabumi dengan total 8656 fase waktu tiba gelombang P dan S melalui
proses penentuan ulang (repicking) secara manual. Algoritma non-linear
diaplikasikan untuk menentukan lokasi hiposenter awal dari 1377 kejadian
gempabumi hasil repicking, kemudian analisis korelasi silang waveform di terapkan
dengan kriteria koefisien korelasi (CC) ? 0.7. Penulis berhasil merelokasi 716 dari
1377 kejadian gempabumi dengan pendekatan metode double difference
menggunakan data hasil analisis korelasi silang waveform. Pola distribusi lokasi
hiposenter hasil relokasi membentuk 3 klaster utama, yaitu klaster Pulau Ambon
yang berorientasi Barat Laut – Tenggara (NW-SE) dan dua klaster yang berada
pada bidang patahan utama gempabumi Ambon 26 September 2019 MW 6,5 dengan
orientasi arah Utara – Selatan (N-S) memanjang dari Kairatu hingga ke Pulau
Haruku. Penulis menginterpretasi klaster Pulau Ambon sebagai salah satu patahan
lokal yang diduga aktif kembali akibat dari stress transfer gempabumi utama 26
September 2019 Mw 6.5. Analisis lanjutan klaster Pulau Ambon perlu dilakukan
untuk kepentingan mitigasi bencana gempabumi mengingat letaknya yang dekat
dengan Kota Ambon.