digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak : Potensi pasar susu di Indonesia dewasa ini masih terbuka lebar. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. PT Ultrajaya yang merupakan market leader pada kategori susu cair di Indonesia dengan pangsa pasar 49,7% ingin memanfaatkan potensi ini. Dalam rangka pemanfaatan potensi tersebut, PT Ultrajaya sebagai pioneer teknologi UHT harus dapat mengatasi isu-isu bisnis yang dihadapinya. Isu bisnis utama yang dihadapi oleh PT Ultrajaya adalah perilaku masyarakat Indonesia yang lebih memilih untuk mengkonsumsi susu bubuk daripada susu cair. Dari total pasar susu di Indonesia sebesar 1,3 Milyar Kiloliter, susu cair hanya mendapatkan bagian 5% sedangkan susu bubuk 60% dan sisanya SKM. Selain itu, tingkat kesadaran masyarakat Indonesia akan manfaat susu masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari tingkat konsumsi susu yang rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Berdasarkan hasil studi literatur dan FGD diketahui bahwa yang menjadi penyebab isu bisnis tersebut adalah faktor people, price, dan product. Pada faktor people, yang menjadi penyebab adalah persepsi negatif mengenai susu cair (misalnya kandungan gizi susu cair lebih rendah) dan persepsi bahwa susu cair merupakan barang premium. Faktor price yang menjadi penyebab adalah harga susu cair yang lebih mahal daripada susu bubuk. Sedangkan pada faktor product yang menjadi penyebab adalah jangka waktu simpan susu cair yang lebih cepat daripada susu bubuk, penyimpanan susu cair lebih, serta produk susu cair tidak disegmentasi berdasarkan fungsi. Akar masalah dari semua penyebab tersebut adalah kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang susu cair. Solusi bisnis yang tepat bagi PT Ultrajaya untuk mengatasi akar permasalahan ini adalah melakukan edukasi. Target edukasinya adalah mahasiswi karena mahasiswi merupakan calon decision maker. Selain itu, ibu-ibu sebagai decision maker pembelian susu telah memiliki persepsi yang kuat terhadap susu bubuk. Pada penelitian ini dibahas tentang edukasi persepsi negatif pada susu cair mengenai kandungan gizi dan dibatasi untuk skala Bandung. Dari hasil kuesioner, persepsi ini menempati urutan pertama untuk diedukasi. Agar efektif, edukasi ini dapat dilaksanakan melalui beberpa alternatif atribut pembentuk kepercayaan mahasiswi yang diperoleh dari kuesioner. Untuk mengedukasi mengenai kandungan gizi pada susu cair maka atribut pembentuk kepercayaan yang dapat digunakan adalah pembuktian langsung, pendapat ahli, dan banyak yang mengkonsumsi. Edukasi dilakukan melalui kegiatan ATL dan BTL. Kegiatan ATL yang bertujuan untuk membentuk awareness dan keingintahuan mahasiswi tersebut dilakukan melalui media banner, internet, dan print ad. Sedangkan kegiatan BTL yang menjadi fokus dari pelaksanaan edukasi ini dilakukan dengan menggelar event di kampus-kampus yang berupa talk show. Dalam pelaksanaannya, akan dilakukan pengukuran efektifitas dari kedua kegiatan tersebut.Pengukuran efektifitas tersebut terdiri dari evaluasi awal yang bertujuan untuk mengukur efektifitas pesan yang akan disampaikan dan evaluasi efektifitas yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas dari kegiatan ATL dan BTL. Evaluasi efektivitas ini dilakukan sebelum dan sesudah kegiatan ATL dan BTL dilaksanakan.