Indonesia adalah salah satu negara dengan cadangan bauksit yang besar di dunia.
Menurut laporan Mineral Commodity Summaries 2021, United State Geological
Survey (USGS), cadangan bauksit Indonesia pada Tahun 2020 adalah sebesar 1,6
milyar ton yang menempati peringkat ke-6 di dunia setelah Guinea, Australia,
Vietnam, Brazil dan Jamaika (Mineral Commodity Summaries, USGS, 2021). Di
dalam bauksit diidentifikasi terdapat kandungan logam tanah jarang (LTJ) atau
Rare Earth Elements (REE) dengan berbagai konsentrasi. Diantara logam-logam
tanah jarang yang terkandung dalam red mud, skandium (Sc) dilaporkan memiliki
nilai (harga) tertinggi yang mewakili ±95% dari nilai LTJ yang terdapat dalam red
mud (Borra et al., 2015). Dalam penelitian ini dipelajari keefektifan proses ekstraksi
pelarut skandium dari larutan hasil pelindian red mud dalam larutan asam klorida
yang ditambahkan EDTA dengan menggunakan D2EHPA dengan penambahan
Tributhyl Phosphate (TBP) sebagai modifier dan kerosene sebagai pengencer
(diluen). Pada percobaan ekstraksi pelarut dipelajari pengaruh konsentrasi
ekstraktan (D2EHPA), waktu ekstraksi, suhu dan rasio volume larutan larutan
aqueous terhadap volume larutan organik (rasio A/O) dan pH terhadap persen
ekstraksi Sc dan ko-ekstraksi logam-logam pengotor (yaitu Fe, Ti dan Al) serta
faktor pemisahan Sc dengan logam-logam pengotor tersebut. Ditentukan kondisi
optimum percobaan dalam rentang variasi variabel yang divariasikan dengan
ii
Metode Taguchi dan signifikansi pengaruh serta kontribusi variabel proses
ekstraksi pelarut terhadap persen ekstraksi Sc dan faktor pemisahan Sc dengan
logam pengotor menggunakan Metode ANOVA.
Aktivitas penelitian di laboratorium dimulai dengan preparasi dan karakterisasi
sampel red mud. Karakterisasi sampel red mud meliputi analisis X-ray
Fluorescence (XRF) untuk mengetahui komposisi kimia sampel red mud dari PT.
ICA dan analisis X-ray Diffraction (XRD) untuk mengidentifikasi senyawa yang
dominan dalam red mud. Tahap selanjutnya adalah menyiapkan larutan kaya
skandium yang diperoleh dari proses pelindian sampel red mud dalam HCl 6M,
EDTA 7 g/l, fraksi ukuran red mud -200 mesh (P100 75 ????m), suhu 60oC, rasio
padatan-cairan 17 g/L selama 4 jam yang mengacu pada kondisi terbaik penelitian
sebelumnya oleh Chandrasari, 2021. Konsentrasi Sc, Fe, Ti dan Al dalam larutan
hasil pelindian ditentukan dengan melakukan analisis Inductively Coupled Plasma
Mass Spectrometry (ICP-MS). Setelah diketahui komposisi larutan aqueous awal
yang akan diekstraksi skandiumnya, selanjutnya dilakukan serangkaian percobaan
ekstraksi pelarut dengan menggunakan campuran D2EHPA dan TBP. Adapun
variabel yang divariasikan dalam percobaan meliputi konsentrasi D2EHPA, waktu
ekstraksi, suhu, pH dan rasio O/A. Serangkaian percobaan ekstraksi pelarut ini
dilakukan dengan desain faktorial terbatas dimana hanya 1 variabel yang berubah
dengan variabel lain dibuat tetap dan rangkaian percobaan yang dirancang dengan
Metode Taguchi. Percobaan dengan metode faktorial terbatas dilakukan untuk
mengetahui pengaruh setiap variabel terhadap persen ekstraksi Sc, ko-ekstraksi Fe,
Ti dan Al dan faktor pemisahan (????x-y) antara Sc dengan ketiga logam pengotor
tersebut, yang diperoleh dari perbandingan koefisien distribusi Sc (DSc) dengan
koefisien logam pengotor (Dm). Sementara, Metode Taguchi dilakukan untuk
menentukan kondisi optimum percobaan. Selanjutnya ditentukan signifikansi
pengaruh variabel percobaan dan kontribusinya (dalam persen) terhadap persen
ekstraksi Sc dan faktor pemisahan Sc dengan logam-logam pengotor.
Berdasarkan hasil percobaan dan analisis data yang dilakukan, peningkatan
konsentrasi D2EHPA dari 0,05M hingga 0,10M meningkatkan persen ekstraksi Sc,
iii
namun peningkatan lebih lanjut konsentrasi D2EHPA hingga 0,20M cenderung
tidak lagi menaikkan ekstraksi Sc. Peningkatan waktu ekstraksi dari 3 menit hingga
9 menit, menaikkan persen ekstraksi Sc, namun peningkatan lebih lanjut waktu
ekstraksi hingga 12 menit justru menurunkan ekstraksi Sc. Selain itu, kenaikan suhu
hanya memberikan efek positif terhadap ekstraksi Sc hingga suhu 40oC dimana
peningkatan suhu lebih lanjut cenderung menurunkan ekstraksi Sc. Hal ini sesuai
dengan perhitungan termodinamika yang mengindikasikan bahwa proses ekstraksi
pelarut Sc ini bersifat eksotermis. Analisis dengan metode Taguchi menunjukkan
bahwa kondisi optimum percobaan diperoleh pada konsentrasi D2EHPA 0,20M;
waktu ekstraksi 3 menit dengan persen ekstraksi Sc sebesar 99,4%. Pada kondisi
ini, faktor pemisahan Sc terhadap Al (????Sc-Al) sebesar 199,3; ????Sc-Fe 380; dan ????Sc-Ti
76,3. Hasil ANOVA menunjukkan bahwa variabel yang memberikan kontribusi
pengaruh paling tinggi pada pemisahan Sc dengan logam pengotor lain dalam
rentang yang divariasikan pada penelitian adalah pH, yaitu 41,40%, 41,96% dan
27,75% masing-masing untuk pemisahan Sc-Al, Sc-Fe dan Sc-Ti.