digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT. PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bertanggung jawab terhadap ketenagalistrikan di Indonesia memiliki salah satu tantangan besar dalam pengembangan sistem kelistrikan di Maluku Utara, yaitu kurangnya kapasitas daya dan cadangan daya yang menyebabkan sistem mengalami defisit dan tidak dapat diandalkan. Sebaliknya, biaya pembangkitan saat ini dari PLTD Tobelo eksisting yang merupakan bagian dari Sistem Interkoneksi Pulau Halmahera memiliki biaya pembangkitan 12% lebih tinggi daripada beberapa pembangkit yang dimiliki oleh PLN. Selanjutnya pada tahun 2023 terdapat beberapa pembangkit di Sistem Interkoneksi Pulau Halmahera yang direncanakan berhenti beroperasi karena masa pakai pembangkit dan kontrak sewa berakhir yang menyebabkan defisit sistem. Dalam upaya melayani pertumbuhan permintaan, meningkatkan kehandalan dan untuk menghasilkan biaya pembangkitan terendah di pembangkit baru Tobelo, PLN memiliki rencana investasi pada pembangkit listrik yang lebih besar dan lebih efisien daripada pembangkit listrik Tobelo yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan antara semua alternatif yang telah dipertimbangkan oleh PLN dan menentukan alternatif terbaik untuk proyek pembangkit listrik Tobelo dari studi kelayakan finansial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis penganggaran modal dan pemerataan biaya listrik untuk menentukan alternatif investasi terbaik bagi PLN dengan beberapa kriteria penerimaan. Penelitian ini juga melakukan analisis risiko untuk mengetahui variabel-variabel yang sangat sensitif yang sangat mempengaruhi kelayakan proyek. Dari ketiga alternatif yang telah dipertimbangkan oleh PLN, Alternatif 1 – membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (30 MW) merupakan investasi terbaik. Sehingga menghasilkan NPV senilai Rp 660,41 miliar; MIRR sebesar 12,07%; Indeks Profitabilitas sebesar 1,71; Payback Period dalam 6,68 tahun. Biaya pembangkitan (LCOE) juga paling sedikit. 10% lebih rendah dari pembangkit listrik Tobelo yang ada. Berdasarkan evaluasi analisis skenario diperoleh bahwa Alternatif 1 tidak layak secara finansial jika proyek runin skenario 1 (menggunakan HSD 20 Tahun). Sehingga akan dihasilkan NPV negatif dengan nilai Rp 195,45 Milyar. Dalam analisis sensitivitas, nilai tukar dan biaya LNG merupakan variabel yang paling sensitif. Dengan analisis Monte-Carlo diperoleh bahwa probabilitas NPV negatif sebesar 0%, probabilitas NPV lebih besar dari Rp 660,41 Miliar adalah 33,63%, probabilitas NPV lebih rendah dari Rp 660,41 Miliar adalah 66,37% menunjukkan bahwa Proyek Tobelo akan menjadi proyek investasi yang sukses.