Peningkatan beban lalu lintas dan pengaruh iklim dengan suhu cukup tinggi
menuntut peningkatan kinerja konstruksi perkerasan untuk mempertahankan dan
meningkatkan umur layan serta lebih ramah lingkungan. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah menggunakan aspal modifikasi. Salah satu bahan modifikasi aspal
adalah Asbuton semi-ekstraksi yang merupakan salah satu produk hasil pengolahan
Aspal Buton. Sebagaimana umumnya aspal modifikasi, Aspal modifikasi dengan
Asbuton semi ekstraksi memerlukan temperatur pencampuran dan pemadatan yang
lebih tinggi dari pada aspal minyak. Peningkatan temperatur tersebut
mengakibatkan peningkatan energi untuk memanaskan material, peningkatan biaya
produksi dan akan menghasilkan emisi yang juga meningkat sehingga terjadi
peningkatan efek negatif terhadap lingkungan.
Aspal Campuran Hangat (Warm mix asphalt/ WMA) merupakan salah satu
teknologi campuran beraspal yang dianggap lebih ramah lingkungan karena dapat
diproduksi dengan suhu 30 oC lebih rendah dari pada campuran panas (Hot mix
asphalt/ HMA). WMA dapat mengurangi emisi gas, asap, dan bau, baik di AMP
maupun di lokasi pekerjaan. Salah satu teknologi WMA adalah menggunakan
zeolit. Air dapat terperangkap dalam struktur zeolit sebesar 18-21% dari berat
zeolit. Air tersebut akan menguap jika dipanaskan di atas 850C. Pada pembuatan
campuran beraspal, uap air yang bersentuhan dengan aspal akan membentuk foam,
sehingga viskositas aspal dapat tercapai pada temperatur lebih rendah dari HMA.
Selain zeolit sintetik zeolit alam juga dapat digunakan. Sebelum digunakan zeolit
alam terlebih dahulu diaktivasi untuk meningkatkan kemampuannya membawa air.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengevaluasi kinerja WMA dengan aspal
modifikasi Asbuton semi ekstraksi dan zeolit alam. Sedangkan tujuan khusus dari
penelitian adalah menentukan metode aktivasi zeolit alam, melakukan evaluasi
modulus resilien dan deformasi permanen WMA berdasarkan hasil pengujian di
laboratorium dan membuat model matematik untuk perkiraan nilai modulus
kekakuan campuran dan deformasi permanen secara statistik berdasarkan hasil
pengujian. Kontribusi yang diharapkan adalah diperolehnya metode aktivasi zeolit
alam sehingga dapat digunakan dalam campuran WMA, diperolehnya teknologi
campuran beraspal menggunakan Asbuton semi ekstraksi yang lebih ramah lingkungan dengan memanfaatkan zeolit alam asal Indonesia dan diperolehnya
model untuk memprediksi modulus resilien dan deformasi permanen.
Untuk mencapai tujuan di atas, dilakukan pengujian laboratorium secara bertahap
mulai dari pengujian karakteristik bahan penyusun campuran, perancangan
campuran beraspal panas konvensional dan campuran beraspal hangat dengan
metode Marshall, pengujian modulus resilien dengan metode tarik tak langsung
menggunakan beban siklik dan deformasi permanen campuran beraspal
menggunakan Hamburg Wheel Tracking. Sebagai campuran kontrol adalah HMA
dengan aspal pen 60/70 produksi Pertamina. Asbuton semi ekstraksi yang
digunakan adalah Asbuton semi ekstraksi bentuk briket hasil pengolahan PT Olah
Bumi Mandiri. Untuk WMA menggunakan zeolit alam dari Bayah, Provinsi Banten
sebagai pembanding menggunakan zeolit sintetik Aspha-Min. Metode aktivasi
zeolit alam dilakukan dua tahap, tahap pertama dengan NaOH dan tahap kedua
aktivasi ulang hasil aktivasi tahap pertama menggunakan Natrium Aluminat.
Variasi ukuran zeolit adalah 75 ?m dan 38 ?m. Pengembangan model prediksi
modulus resilien dan deformasi permanen menggunakan pendekatan regresi linier
berganda berdasarkan data hasil pengujian laboratorium yang dilakukan.
Hasil pengujian reologi aspal, modifikasi aspal dengan Asbuton semi-ekstraksi
dapat menurunkan kepekaan aspal terhadap perubahan suhu. Hal ini ditunjukkan
dari peningkatan nilai indeks penetrasi aspal. Modifikasi aspal dengan Asbuton
semi ekstraksi juga meningkatkan modulus kekakuan aspal dan nilai Temperatur
kritis aspal. Penggunaan Asbuton semi-ekstraksi 20% dari berat aspal dapat
meningkatkan PG aspal dari aspal setara PG 64-22 menjadi aspal setara PG 70-22.
Hasil pengujian Marshall pada HMA proporsi penggunaan Asbuton semi-ekstraksi
masih memenuhi spesifikasi sampai 20% dari berat aspal. Modifikasi aspal dengan
Asbuton semi-ekstraksi meningkatkan modulus resilien dan ketahanan deformasi
campuran HMA.
Hasil pengujian Marshall menunjukkan WMA dengan kadar zeolit 0,3% dari berat
campuran pada suhu pencampuran dan pemadatan 30 oC di bawah HMA masih
memenuhi persyaratan spesifikasi dengan kinerja Marshall mendekati HMA.
Modulus resilien WMA dengan zeolit alam cenderung lebih tinggi dari pada HMA,
WMA menggunakan zeolit alam dengan metode aktivasi satu tahap ukuran 38 ?m
memiliki nilai modulus resilien yang lebih tinggi dari pada variasi campuran
beraspal lainnya. Ketahanan deformasi permanen yang lebih baik adalah pada
WMA dengan zeolit alam aktivasi satu tahap ukuran 75 ?m, setara dengan zeolit
sintetik dan HMA.
Model prediksi modulus resilien campuran beraspal AC-BC menggunakan Asbuton
semi-ekstraksi dan zeolit yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah:
Log(Smix) =-0,4069T 0,5 + 0,0152Sbit - 0,0193VMA + 0,9668Rzb + 5,8122
Adjusted R2 = 0,954
Rasio nilai modulus resilien antara hasil perhitungan model dengan hasil pengujian
rata-rata adalah 1,03.
Model prediksi deformasi permanen berupa kedalaman alur terhadap lintasan yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah:
RD = -aN4 + bN3 - cN2 + dN
dengan:
Ln (a) = -0,1709((Log(T)-TC)(Ln(Smix)) - 1,4019Ln(Sbit) – 98,3670Ln(?mix) +
12,7733Rzb + 46,2396
Adjusted R2 = 0,86
Ln (b) = -0,1399((Log(T)-TC)(Ln(Smix)) - 1,10888Ln(Sbit) – 73,9033Ln(?mix) +
9,1897Rzb + 36,4268
Adjusted R2 = 0,86
Ln (c) = -0,1065((Log(T)-TC)(Ln(Smix)) – 0,7076Ln(Sbit) - 53,0199Ln(?mix) +
5,79304Rzb + 28,6177
Adjusted R2 = 0,84
Ln (d) = -0,0691((Log(T)-TC)(Ln(Smix)) – 0,3155Ln(Sbit) - 28,7060Ln(?mix) +
2,4666Rzb + 17,1039
Adjusted R2 = 0,78
Rasio kedalaman alur untuk setiap jumlah lintasan antara hasil perhitungan model
dengan hasil pengujian rata-rata adalah 0,98.