digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhammad Azri
PUBLIC Irwan Sofiyan

Kualitas udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan dalam beberapa waktu terakhir dan salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut yakni bioaerosol. Mikroba dan virus di udara menyebar sebagai bioaerosol pada beberapa tempat seperti rumah sakit dan laboratorium kesehatan yang berpotensi menginfeksi penduduk di sekitar mereka. Berdasarkan beberapa standar batas mikroba udara yang diperbolehkan di dalam dan luar ruangan masing - masing sebesar 5x102 CFU/m3 dan 1x103 CFU/m3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas udara berdasarkan kelimpahan mikroba yang dapat dikultur dan keberadaan SARS-CoV-2 serta memodelkan penyebaran bioaerosol di sekitar gedung. Oleh karena itu, pemodelan matematis Gaussian-Plume digunakan untuk memprediksi penyebaran bioaerosol dari satu lokasi yang dipengaruhi oleh angin yang berlokasi di Laboratorium Kesehatan Daerah. Pengambilan sampel udara dilakukan dengan menggunakan mesin filter membran dan total kelimpahan mikroba pada sampel dienumerasi menggunakan metode total plate count dengan beberapa medium dan konsentrasi virus SARS-CoV-2 menggunakan nilai CT Gen N yang diubah menjadi nilai viral copy number virus SARS-CoV-2. Hasil konsentrasi bioaerosol digunakan sebagai konsentrasi partikel pada model matematis Gaussian-Plume untuk memperkirakan penyebaran bioaerosol. Pengukuran kondisi parameter lingkungan dalam dan luar ruangan masing -masing menggunakan data logger dan Automatic Weather Station (AWS) yang dilengkapi dengan data arah dan kecepatan angin oleh data BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi & Geofisika). Data yang diperoleh diolah untuk mengetahui korelasi antara faktor lingkungan dan faktor biologis menggunakan PCA (Principal Component Analysis) serta visualisasi permodelan persebaran mikroba udara menggunakan Visual Studio Code. Ada tiga ruangan dan lima titik luar ruangan yang sudah memenuhi standar. Terdapat adanya keberadaan SARS-CoV-2 di dua titik dalam ruangan dan dua titik di luar ruangan. Jumlah mikroba di udara yang dapat dikulturkan terdiri atas bakteri, fungi, dan virus dari sampel udara di dalam ruangan Gedung laboratorium kesehatan memiliki kisaran total bakteri non-fastidious (NA) 3,18x103 – 3x104 CFU/m3, bakteri fastidious (R2A) 1,28 x 105 – 1x109 CFU/m3, dan virus SARS-CoV-2 534 – 8148 copies/ml m-3. Sedangkan konsentrasi mikroba udara dan virus pada sekitar luar ruangan Gedung laboratorium kesehatan memiliki kisaran total bakteri non-fastidious (NA) 6,75x102 – 1,59x105 CFU/m3, bakteri fastidious (R2A) 7,35x103 – 3,46x104 CFU/m3, bakteri pathogen koliform (EMB) 3x102 CFU/m3, fungi (PDA) 2x102 - 3,6x103 CFU/m3 dan virus SARS-CoV-2 7404 – 14493 copies/ml m-3. Berdasarkan ambang batas jumlah mikroba udara dalam ruangan gedung laboratorium kesehatan memiliki jumlah mikroba udara berada diatas ambang batas standar (> 5x102 CFU/m3) pada seluruh ruangan kecuali pada ruang Ruang Lab BSL-2 TBC (RLB-TB), Ruang Uji Mutu Sampel (RLS) dan Ruang Lab BSL-2 PCR (RLB-PCR). Terdapat keberadaan virus dalam ruangan gedung laboratorium kesehatan yakni pada ruang Ruang Pengambilan Sampel Swab Pasien COVID-19 (RPD) dan Ruang Uji Mutu Sampel Swab Pasien COVID-19 (RPS). Kualitas udara berdasarkan ambang batas jumlah mikroba udara pada luar ruangan yang memiliki jumlah mikroba udara dibawah ambang batas standar (> 1x103 CFU/m3) yakni pada titik Ujung Lorong Gedung 1 pagi hari (D pagi), Ujung Lorong Gedung 2 malam hari (E malam), Pojok Gedung 1 pagi hari (F pagi), Pintu Masuk Gedung Utama malam hari (G malam) dan Pintu Gerbang Utama Masuk pagi hari (H pagi). Sedangkan untuk keberadaan virus SARS-CoV-2 di titik luar ruangan gedung laboratorium kesehatan yakni pada titik Area Pembuangan Sampah Medis 1 malam hari (C malam) dan Ujung Lorong Gedung 1 malam hari (D malam). Berdasarkan nilai korelasi pengaruh parameter lingkungan dalam ruang gedung laboratorium kesehatan menunjukan adanya korelasi positif antara temperatur terhadap kelimpahan total bakteri non-fastidious (NA)(P = 0,238), dan bakteri fastidious (R2A)(P = 0,213). Pengaruh kelembaban dalam ruangan menunjukan korelasi positif terhadap total kelimpahan bakteri fastidious (R2A)(P = 0,216). Intensitas cahaya dalam ruangan menunjukan korelasi positif terhadap total kelimpahan total bakteri non-fastidious (NA)(P = 0,561) dan SARS-CoV-2 (P = 0,031). Sedangkan, keberadaan SARS-CoV-2 dalam ruangan menunjukan korelasi positif terhadap total kelimpahan total bakteri non-fastidious (NA)(P = 0,568), dan bakteri fastidious (R2A)(P = 0,253). Sedangkan, pengaruh parameter lingkungan luar sekitar gedung laboratorium kesehatan menunjukan adanya korelasi positif antara suhu terhadap kelimpahan total bakteri non-fastidious (NA)(P = 0,062), dan bakteri fastidious (R2A)(P = 0,016). Titik embun luar ruangan menunjukan korelasi positif terhadap total kelimpahan total bakteri fastidious (R2A)(P = 0,003) dan SARS-CoV-2 (P = 0,079). Indeks panas luar ruangan menunjukan korelasi positif terhadap total kelimpahan total bakteri non-fastidious (NA)(P = 0,03), dan bakteri fastidious (R2A)(P = 0,021). Pengaruh kelembaban luar ruangan menunjukan korelasi positif terhadap kelimpahan SARS-CoV-2 (P = 0,187). Pengaruh kecepatan angin luar ruangan memiliki korelasi positif terhadap total kelimpahan bakteri non-fastidious (NA)(P = 0,244), bakteri fastidious (R2A) (P = 0,274), bakteri koliform(EMB)(P = 0,15), fungi (PDA)(P = 0,213) dan virus SARS-CoV-2 (P = 0,218). Sedangkan, keberadaan virus SARS-CoV-2 luar ruangan memiliki korelasi positif terhadap total kelimpahan bakteri non-fastidious (NA)(P = 0,244). Pemodelan menunjukkan bahwa bioaerosol dipengaruhi oleh angin dengan kecepatan rata-rata 2 m/s, terutama ke arah tenggara dengan radius rata-rata berkisar 24,99 – 305 km2.