digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Desliana Putri Pratiwi
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Desliana Putri Pratiwi
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Desliana Putri Pratiwi
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Desliana Putri Pratiwi
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Desliana Putri Pratiwi
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Desliana Putri Pratiwi
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Desliana Putri Pratiwi
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Desliana Putri Pratiwi
PUBLIC Alice Diniarti

Museum adalah satu bangunan publik yang memerlukan perhatian dalam aspek desain dan operasional, karena di dalamnya terdapat benda-benda atau objek-objek pamer yang pada umumnya bernilai budaya sangat tinggi. Dari segi pencahayaan, museum memiliki kriteria desain yang cukup rumit. Hal ini disebabkan adanya objek-objek pamer atau koleksi dalam museum yang harus diterangi dengan baik sehingga memenuhi kinerja visual, tetapi pada saat yang sama, objek-objek pamer tersebut juga sensitif terhadap paparan cahaya berlebih yang berisiko merusak, khususnya pada objek-objek dari material organik. Untuk itu diperlukan upaya evaluasi yang sistematis untuk mengoptimalkan jumlah paparan cahaya tahunan (ALE) pada objek-objek pamer di museum di Indonesia akibat pemanfaatan cahaya alami, dengan nilai faktor pencahayaan alami siang hari (FPASH) dalam ruang museum yang bersangkutan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kombinasi solusi desain pencahayaan alami yang optimum untuk bangunan museum. Dalam pemodelan dan simulasi yang dilakukan, terdapat 5 variabel desain yang dipertimbangkan, yaitu tipe bukaan cahaya, tinggi bukaan cahaya, lebar bukaan cahaya, transmitansi cahaya dari bukaan cahaya, dan arah hadap dari bukaan cahaya itu sendiri. Bukaan cahaya terdiri dari 4 tipe, yaitu flat skylight, monitor skylight, highside window, dan sawtooth skylight. Dari hasil simulasi didapatkan bahwa perubahan nilai rasio luas jendela terhadap dinding (WWR) memberikan pengaruh yang positif terhadap perubahan nilai ALE, dengan koefisien regresi standar sebesar 0,9995, sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan WWR berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan ALE. Selanjutnya, analisis sensitivitas menunjukkan bahwa perubahan nilai transmitansi cahaya memberikan pengaruh yang positif terhadap nilai ALE, dengan koefisien regresi standar 0,9993. Dari hasil analisis, didapatkan bahwa flat skylight menghasilkan nilai persen yang paling kecil yaitu 0% untuk kedua tipe skylight dengan menghasilkan nilai FPASH yang paling baik yaitu berturut-turut 2,12%, dan 2,35%. Tipe bukaan monitor skylight dan sawtooth skylight menghasilkan nilai proporsi yang lebih baik dibanding tipe flat namun dengan nilai FPASH yang tidak terlalu kecil. Nilai proporsi untuk desain optimum tipe monitor skylight tipe 1 dan 2 berturut-turut adalah 44,77%, dan 7,8%, serta nilai FPASH 0,66%, dan 0,93%. Nilai proporsi untuk desain optimum sawtooth skylight yaitu 46,65%, dan nilai FPASH 0,70%. Selanjutnya, tipe bukaan cahaya yang menghasilkan nilai proporsi terbesar yaitu tipe highside window dengan nilai proporsi yang dihasilkan masing- masing desain optimum tipe 1 dan tipe 2 lebih dari 70%. Namun demikian, nilai FPASH pada desain optimum highside window tipe 2 masih di bawah 0,5%.