Cover_Alia Datu Rahmatika
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Bab 1_Alia Datu Rahmatika
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Bab 2_Alia Datu Rahmatika
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Bab 3_Alia Datu Rahmatika
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Bab 4_Alia Datu Rahmatika
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Bab 5_Alia Datu Rahmatika
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Bab 6_Alia Datu Rahmatika
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Pustaka_Alia Datu Rahmatika
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  yana mulyana
» Gedung UPT Perpustakaan
Telefarmasi merupakan pelayanan kefarmasian yang menggunakan teknologi komunikasi jarak jauh
kepada pasien. Adanya pandemi Covid-19 membuat segala aktivitas harus dilakukan secara terbatas. Saat
ini, telemedika menjadi pilihan rekomendasi untuk melakukan pelayanan kesehatan secara daring.
Platform tersebut sudah banyak bermunculan di Indonesia, namun masih belum ada yang berfokus pada
pelayanan kefarmasian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penilaian kebutuhan telefarmasi
berdasarkan perspektif masyarakat serta menilai korelasi beberapa variabel terhadap pemilihan
kebutuhan telefarmasi. Desain penelitian menggunakan cross-sectional. Jumlah sampel yang terdapat
pada penelitian berjumlah 338 orang. Pengambilan data dilakukan selama dua bulan, Maret ?April 2021.
Metode penelitian menggunakan kuesioner yang disebar melalui daring dan telah diuji validitas dan
reliabilitas. Hasil dari penelitian menunjukkan masyarakat membutuhkan telefarmasi dengan persentase
pemilihan fitur terbanyak pada konseling dengan apoteker (87,87%), pelayanan informasi obat (77,51%),
serta pelaporan efek samping (70,71%). Dari analisis korelasi yang dilakukan, terdapat dua variabel
pengalaman masyarakat yang memiliki hubungan perbedaan signifikan, yaitu pembelian obat dan
penggunaan alat bantu dalam mengingat minum obat dengan kebutuhan pengingat minum obat (p<0,05,
r = 0.170; 0,266 & 0,211). Selain itu, untuk variabel pengalaman lainnya tidak memiliki hubungan yang
signifikan (p>0,05). Pada kepuasan pelayanan kefarmasian, semua variabel memiliki hubungan yang
signifikan terhadap pemilihan kebutuhan telefarmasi (p<0,05, r = 0,351 ; 0,410; 0,331) yaitu pembelian
obat, pelayanan informasi obat, serta konseling dengan apoteker. Pilihan metode telefarmasi yang banyak
dipilih oleh responden adalah menggunakan chat (86,09%), dapat diakses selama 24 jam (96.44%), dan
bisa digunakan menggunakan website maupun aplikasi (72.48%). Sebagai kesimpulan akhir, sebanyak
67,5% responden akan memilih untuk menerima pelayanan kefarmasian metode telefarmasi apabila akan
diimplementasikan di Indonesia.