digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800



BAB 1 Vania Deryani Mulia
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Vania Deryani Mulia
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Vania Deryani Mulia
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Vania Deryani Mulia
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Vania Deryani Mulia
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan


Kesehatan menjadi hal yang terutama pada globalisasi di era modern saat kini. Salah satu masalah kesehatan yang berkaitan dengan pencernaan manusia adalah gastrointestinal diorder, yang diidap oleh 10-19% populasi manusia di Indonesia dan 3,14 milyar orang di dunia. Salah satu sindrom yang dialami oleh pengidap gastrointestinal disorder adalah malabsorpsi lemak akibat proses pencernaan dan penyerapan lemak yang bersifat kompleks padahal lemak dibutuhkan tubuh sebagai pelarut vitamin A, D, E, K serta membantu pembuatan hormon. Sebagai alternatif, dibuatlah lipid terstruktur agar masyarakat dengan penyakit tersebut tetap dapat mengonsumsi lemak. Lipid terstruktur merupakan triasilgliserol yang asam lemaknya sudah termodifikasi sehingga mudah diserap. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan pengaruh proses produksi lipid terstruktur dari bahan baku minyak nabati terhadap dampak lingkungan dan menentukan alternatif input pada proses untuk mengurangi emisi terhadap dampak lingkungan. Lipid terstruktur diproduksi dari minyak kelapa dan minyak kelapa sawit melalui interesterifikasi enzimatis dengan kapasitas produksi sebesar 1,5 ton per batch. Untuk menentukan kelayakan proses produksi lipid terstruktur dilakukan analisis dampak lingkungan menggunakan analisis Life Cycle Assessment (LCA). Perancangan proses produksi lipid terstruktur dilakukan dengan menggunakan software SuperPro Designer sedangkan analisis LCA dilakukan dengan metode ReCiPe pada software OpenLCA. Potensi dampak lingkungan terbesar yang dihasilkan dari proses produksi lipid terstruktur adalah climate change sebesar 13378 ton CO2/batch, human toxicity sebesar 3045 kg 1,4-DB/batch, dan photochemical oxidant formation sebesar 1923 kg NMVOC/batch. Proses yang menghasilkan dampak lingkungan terbesar adalah proses produksi bahan baku minyak kelapa, minyak kelapa sawit, serta proses bleaching. Salah satu alternatif pengurangan emisi adalah dengan menggunakan biofuel limbah bagas/cangkang kelapa sebagai bahan bakar dan activated carbon dari TKKS, cangkang kelapa dan limbah blotong sebagai adsorben pengganti bleaching earth pada proses bleaching.