digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Gempa bumi dapat dikategorikan berdasarkan penyebabnya. Salah satu penyebab gempa bumi adalah adanya induced seismicity akibat dari aktivitas manusia. Contoh dari gempa akibat induced seismicity adalah gempa di pertambangan. Studi mengenai seismisitas di pertambangan dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik dari gempa pada tambang bawah tanah. Dalam menganalisis seismisitas pada tambang bawah tanah, dilakukan picking manual dan analisis frekuensi dominan dari event gempa pada tambang bawah tanah. Didapatkan bahwa magnitudo berpengaruh terhadap frekuensi dominan dari waveform. Semakin besar magnitudo, maka semakin kecil frekuensi dominan yang terkandung dalam waveform. Frekuensi dominan yang didapatkan juga bervariasi dari 30-150 hz. Hasil dari uji picking juga menunjukkan bahwa picking dan model kecepatan yang digunakan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap hasil penentuan lokasi. Pada penentuan lokasi, dilakukan pengolahan data koordinat hiposenter menggunakan non-linear location. Setelah itu, dilakukan juga pembaharuan model kecepatan menggunakan metode Joint Hypocenter Determination untuk mendapatkan hasil lokasi hiposenter yang lebih baik. Model kecepatan hasil Joint Hypocenter Determination digunakan sebagai input untuk melakukan relokasi menggunakan metode Double Difference. Hasil relokasi hiposenter menggunakan metode Double Difference dengan model kecepatan 1D memberikan alternatif yang paling baik dalam menentukan hiposenter gempa pada tambang bawah tanah. Hal tersebut dibuktikan dengan selisih jarak XYZ dengan lokasi pada katalog gempa 2000 event pada lapangan pertambangan “UC” pada tanggal 30 Oktober 2019-02 November 2019 yaitu sebesar 49,56 meter dan Root Mean Squared (RMS) yang paling kecil dibandingkan dengan metode Nonlinloc dan Joint Hypocenter Determination sebesar 0,001699