Gempa bumi dapat dikategorikan berdasarkan penyebabnya. Salah satu penyebab gempa bumi
adalah adanya induced seismicity akibat dari aktivitas manusia. Contoh dari gempa akibat induced
seismicity adalah gempa di pertambangan. Studi mengenai seismisitas di pertambangan dapat
digunakan untuk mengetahui karakteristik dari gempa pada tambang bawah tanah. Dalam
menganalisis seismisitas pada tambang bawah tanah, dilakukan picking manual dan analisis
frekuensi dominan dari event gempa pada tambang bawah tanah. Didapatkan bahwa magnitudo
berpengaruh terhadap frekuensi dominan dari waveform. Semakin besar magnitudo, maka semakin
kecil frekuensi dominan yang terkandung dalam waveform. Frekuensi dominan yang didapatkan
juga bervariasi dari 30-150 hz. Hasil dari uji picking juga menunjukkan bahwa picking dan model
kecepatan yang digunakan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap hasil penentuan lokasi. Pada
penentuan lokasi, dilakukan pengolahan data koordinat hiposenter menggunakan non-linear
location. Setelah itu, dilakukan juga pembaharuan model kecepatan menggunakan metode Joint
Hypocenter Determination untuk mendapatkan hasil lokasi hiposenter yang lebih baik. Model
kecepatan hasil Joint Hypocenter Determination digunakan sebagai input untuk melakukan
relokasi menggunakan metode Double Difference. Hasil relokasi hiposenter menggunakan metode
Double Difference dengan model kecepatan 1D memberikan alternatif yang paling baik dalam
menentukan hiposenter gempa pada tambang bawah tanah. Hal tersebut dibuktikan dengan selisih
jarak XYZ dengan lokasi pada katalog gempa 2000 event pada lapangan pertambangan “UC” pada
tanggal 30 Oktober 2019-02 November 2019 yaitu sebesar 49,56 meter dan Root Mean Squared
(RMS) yang paling kecil dibandingkan dengan metode Nonlinloc dan Joint Hypocenter
Determination sebesar 0,001699