digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Annisa Fitri
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER Annisa Fitri
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 1 Annisa Fitri
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 2 Annisa Fitri
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 3 Annisa Fitri
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 4 Annisa Fitri
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB 5 Annisa Fitri
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Annisa Fitri
PUBLIC Irwan Sofiyan

Industri akuakultur saat ini harus mempertimbangkan Sustainable Development Goals dalam operasionalnya. Aplikasi teknologi akuakultur dengan sistem tertutup (closed aquaculture system) merupakan salah satu teknologi yang digunakan dalam membangun keamanan pangan sektor perikanan yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berimbang. Teknologi budidaya akuakultur tertutup yang saat ini mulai banyak digunakan dalam industri akuakultur adalah sistem bioflok dan sistem RAS (Recirculating Aquaculture System). Kedua sistem budidaya ini, masing-masing memiliki keunggulan dan kekurangan dalam aplikasinya sehingga diperlukan suatu analisis berupa analisis kelayakan biologi, teknis, dan finansial pada penggunaannya untuk budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus). Penelitian ini dilakukan pada budidaya dalam skala prototipe dengan tahapan yaitu: (1) Persiapan sistem budidaya bioflok dan RAS dalam skala prototipe, (2) Proyeksi produksi skala 1000 kg/siklus, 5000 kg/siklus, dan 10000 kg/siklus untuk kedua sistem, dan (3) analisis kelayakan biologi, teknis, dan finansial. Untuk persiapan penelitian pada sistem bioflok, tahapan penelitian meliputi: (a) persiapan tangki kultur, (b) persiapan bakteri nitrifikasi, (c) aklimatisasi dan penebaran ikan, dan (d) pelaksanaan budidaya ikan nila. Untuk persiapan penelitian pada sistem RAS, tahapan penelitian meliputi: (a) Persiapan sistem RAS dan sterilisasi sistem (b) persiapan tangki biofilter, (c) aklimatisasi dan penebaran ikan, dan (d) pelaksanaan budidaya ikan nila. Pengukuran kualitas air dan pemberian pakan dilakukan selama 60 hari periode kultur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa performa budidaya pada sistem bioflok : average daily growth yaitu 0.833 ± 0.279 gr/day, feed convertion ratio yaitu 2,95 ± 1.32, specific growth rate yaitu 5.68 ± 0.67%, dan survival sebesar 83.33 ± 8,66 %. Sementara untuk sistem RAS memiliki nilai average daily growth yaitu 1.08 ± 1,37 gr/day , feed convertion ratio yaitu 1.15 ± 0.52 , specific growth rate yaitu 7.37 ± 0.22%, dan survival sebesar 82.67 ± 0.07%. Untuk hasil parameter kualitas air, pada sistem bioflok, nilai pH berkisar antara 6.58-7.52, DO : 6.23-8.93 mg/L, suhu : 24.72-29.3, NH4 + : 0.24 - 5.25 mg/L, NO2 - : 0.1-10 mg/L, dan NO3 - : 0-100 mg/L. Sementara pada sistem RAS, nilai pH berkisar antara 6.40-8.29, DO : 4.40-9.08 mg/L, suhu : 24.77-26.80, NH4 + : 0.20-1.53 mg/L, NO2 - : 0.2-1.53mg/L, dan NO3 - : 35-100 mg/L. Berdasarkan hasil analisis kelayakan teknis didapatkan bahwa sistem bioflok dan sistem RAS layak diaplikasikan di beberapa area di Jawa Barat, seperti di Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Purwakarta berdasarkan kesesuaian beberapa kriteria yang meliputi kriteria biofisik seperti topografi lahan, kondisi hidrologi, kriteria ekonomi-sosial-politik meliputi adanya pasar konsumen di Jabodetabek dan Bandung, dekat dengan BBPAT Sukabumi sebagai pusat riset dan teknologi, Jawa Barat, serta adanya sertifikasi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan berupa Cara Budidaya yang Baik (CBIB) untuk budidaya ikan nila di jawa barat. Berdasarkan simulasi produksi skala 1000 kg/siklus, 5000 kg/siklus, dan 10000 kg/siklus selama 110 hari periode kultur untuk memenuhi kebutuhan pasar. Limitasi dari sistem bioflok adalah dibutuhkannya teknisi yang terampil dan berkomitmen tinggi untuk mengelola sistem ini, petani yang masih menjalankan budidaya konvensional yang menggunakan air dengan jumlah yang banyak, dan masih banyak petani yang belum mendaftarkan diri untuk sertifikasi. Limitasi dari sistem RAS meliputi dibutuhkannya teknisi yang memahami jalannya sistem dan berkomitmen tinggi untuk mengelola sistem ini, sulitnya mengelola salah satu komponen dalam sistem, pemakaian listrik yang tidak efisien, dan kurangnya desain RAS pada tahap perencanaan. Untuk sistem bioflok dengan skala produksi 5000 kg/siklus memiliki nilai payback period, NVP, B/C ratio dan IRR sebesar 1 tahun 9 bulan, 480.117.450, 3,49, dan 42%. Untuk sistem bioflok dengan skala produksi 10000 kg/siklus memiliki nilai payback period, NVP, B/C ratio dan IRR sebesar 1 tahun 3 bulan, 1.310.896.410, 4,73, dan 61%. Sementara untuk sistem RAS skala produksi 5000 kg/siklus memiliki nilai payback period, NVP, B/C ratio dan IRR sebesar 2 tahun, 592.836.699,531, 3,15, dan 37%. Untuk sistem RAS skala produksi 10000 kg/siklus memiliki nilai payback period, NVP, B/C ratio dan IRR sebesar 1 tahun 2 bulan, 1.204.584.528, 4,78, dan 61%. Sistem bioflok dan RAS pda simulasi skala produksi 5000 kg/siklus dan 10000 kg/siklus layak secara biologi, teknik, dan finansial.