ABSTRAK Cindy Aurelia
PUBLIC Resti Andriani
BAB 1 Cindy Aurelia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Cindy Aurelia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Cindy Aurelia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Cindy Aurelia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Cindy Aurelia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Cindy Aurelia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Flokulasi merupakan salah satu tahapan penting dalam proses pemisahan solid-liquid, terutama
pada pengolahan air limbah. Partikel yang ingin diflokulasikan berupa partikel halus yang
berukuran sangat kecil dan tersuspensi di dalam larutan. Dalam proses pengolahan emas,
dihasilkan residu yang disebut dengan tailing. Masalah muncul ketika tailing yang dihasilkan
disimpan pada Tailing Storage Facility (TSF) sehingga ketika terkena air hujan atau air
mengalir akan menghasilkan air limpasan tambang. Air limbah pertambangan ini mengandung
padatan tersuspensi atau Total Suspended Solid (TSS) yang sulit untuk diendapkan. Oleh
karena itu, dilakukan flokulasi dengan penambahan flokulan untuk mempermudah
pengendapannya. Agen flokulasi yang digunakan adalah bakteri karena bersifat lebih
biocompatible, aman terhadap kesehatan manusia, serta ramah terhadap lingkungan
dibandingkan flokulan organik dan flokulan anorganik. Pada penelitian ini, sampel air limpasan
tailing emas yang berasal dari PT X dilakukan proses bioflokulasi untuk menurunkan
konsentrasi suspended solid menggunakan bakteri Serratia rubidaea strain SKC-11 yang
ditumbuhkan di dalam media SKC-1.
Percobaan diawali dengan studi literatur mengenai bakteri serta mekanismenya dalam proses
bioflokulasi. Kemudian, serangkaian percobaan dilakukan untuk memilih bakteri yang dapat
hidup pada konsentrasi sianida yang tinggi serta dapat menghasilkan biosurfaktan. Dari
percobaan tersebut, terpilih lima strain bakteri dan media SKC-1. Setelah itu, dilakukan
percobaan bioflokulasi pendahuluan dengan mencampurkan TSS dan bakteri. Kemudian,
konsentrasi TSS diukur dengan menggunakan TSS meter. Percobaan pendahuluan dilakukan
untuk mengetahui waktu tinggal yang optimum untuk mengendapkan TSS. Selanjutnya,
dilakukan percobaan inti bioflokulasi variasi jenis bakteri untuk menentukan satu bakteri paling
optimal. Dengan metode yang sama dilakukan percobaan untuk menentukan persen inokulasi
yang paling optimal. Percobaan selanjutnya menggunakan variasi dimensi gelas ukur untuk
menentukan diameter dan ketinggian pengambilan TSS agar baku mutu tercapai.
Hasil penelitian menunjukkan bakteri yang paling optimal dalam menurunkan konsentrasi TSS
dengan kecepatan pengendapan tertinggi adalah Serratia rubidaea strain SKC-11. Persen
inokulasi bakteri paling optimal sebesar 15%. Dimensi gelas ukur yang digunakan agar
konsentrasi TSS mencapai baku mutu 200 mg/L yaitu memiliki diameter 6,7 cm, ketinggian
pengeluaran supernatant pada titik 8,39 cm dengan kecepatan 6,94 ppm/menit selama 120
menit.