ABSTRAK Farida Dian Puspitadewi
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER Farida Dian Puspitadewi
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Farida Dian Puspitadewi
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Farida Dian Puspitadewi
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Farida Dian Puspitadewi
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Farida Dian Puspitadewi
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Farida Dian Puspitadewi
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Farida Dian Puspitadewi
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Preservatif ditambahkan pada formulasi kosmetik untuk mengontrol pertumbuhan mikroba dan memperpanjang
umur simpan produk. DMDM Hydantoin adalah preservatif sintetis yang umum digunakan, namun penggunaan
berulang DMDM Hydantoin dapat menyebabkan efek buruk seperti iritasi, eksim, dan kanker kulit. Untuk
mengurangi efek toksiknya, DMDM Hydantoin dapat dikombinasikan dengan preservatif alami, seperti
biosurfaktan lipopeptida yang umum ditambahkan pada formulasi kosmetik sebagai pengemulsi, dan baru ini
diketahui memiliki aktivitas antimikroba. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian untuk mengevaluasi efek
penggabungan kedua preservatif tersebut pada produk kosmetik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
interaksi kedua antimikroba lewat penentuan nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dan Fractional
Inhibitory Concentration Index (FICI), menentukan efektivitas perlakuan preservatif DMDM Hydantoin dan
biosurfaktan baik secara individu maupun kombinasinya melalui uji kebocoran kalium, serta menentukan status
keberterimaan formula krim dengan penambahan kombinasi antimikroba DMDM Hydantoin dan biosurfaktan
sesuai dengan Farmakope Indonesia melalui uji tantang pada hari ke- 2, 7, 14, 21 dan 28. Seluruh uji dilakukan
terhadap 5 mikroba uji: S. aureus ATCC 6538, E. coli ATCC 8739, P. aeruginosa ATCC 9027, C. albicans
ATCC 10231, dan A. brasiliensis ATCC 16404. Berdasarkan nilai FICI, interaksi antara DMDM Hydantoin dan
biosurfaktan terhadap 5 mikroba uji adalah additif. Konsentrasi terendah dengan nilai persentase inhibisi > 80%
terdapat pada 1000 ppm DMDM Hydantoin dan 350 ppm biosurfaktan. Konsentrasi ini digunakan pada uji
kebocoran kalium dan uji tantang. Uji kebocoran kalium menunjukkan peningkatan secara signifikan (p-value <
0,05) dibandingkan dengan tanpa perlakuan (kontrol), terutama pada perlakuan kombinasi DMDM Hydantoin dan
biosurfaktan, dengan efektivitas tertinggi pada ragi. Hasil uji tantang menunjukkan bahwa perlakuan penambahan
antimikroba, pada bakteri menunjukkan penurunan jumlah mikroba > 2 log pada hari ke-2 dan tanpa peningkatan
pada hari berikutnya. Pada ragi dan fungi, terjadi penurunan > 1 log pada hari ke-14, tanpa peningkatan pada hari
berikutnya. Hal ini menunjukkan formulasi kombinasi DMDM Hydantoin dan biosurfaktan pada formulasi krim
base lolos uji tantang. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kombinasi DMDM Hydantoin dan biosurfaktan
dapat bekerja secara additif mengurangi konsentrasi preservatif yang dibutukan dalam kosmetik. Kombinasi
tersebut memiliki aktivitas antimikroba lebih tinggi daripada penggunaan individu, terutama pada ragi. Selain
itu, kombinasi ini efektif dalam formulasi krim.