digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Suryani
PUBLIC Open In Flip Book yana mulyana

COVER Suryani
PUBLIC Open In Flip Book yana mulyana

BAB 1 Suryani
PUBLIC Open In Flip Book yana mulyana

BAB 2 Suryani
PUBLIC Open In Flip Book yana mulyana

BAB 3 Suryani
PUBLIC Open In Flip Book yana mulyana

BAB 4 Suryani
PUBLIC Open In Flip Book yana mulyana

BAB 5 Suryani
PUBLIC Open In Flip Book yana mulyana

BAB 6 Suryani
PUBLIC Open In Flip Book yana mulyana

PUSTAKA Suryani
PUBLIC Open In Flip Book yana mulyana

Tempuyung dengan nama latin Sonchus arvensis (Linn.) telah digunakan secara empiris untuk menurunkan tekanan darah dan memiliki efek diuretik sebagai salah satu mekanisme obat antihipertensi. Tujuan dari penelitian ini adalah menelaah kandungan senyawa bioaktif daun tempuyung yang berperan menghasilkan aktivitas farmakologi dalam mengatur regulasi tekanan darah dan mengkaji potensi daun tempuyung sebagai antihipertensi melalui penelusuran beberapa mekanisme kerja, diantaranya antioksidan, beta-bloker, angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor dan angiotensin II receptor blocker (ARB) yang dilakukan secara in vivo, in vitro, dan ex vivo. Telaah kandungan senyawa bioaktif daun tempuyung dimulai dengan ekstraksi daun menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Rendemen ekstrak daun tempuyung (EESA) 7,79%. Fraksinasi terhadap EESA dilakukan dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut n-heksana dan etil asetat sehingga menghasilkan fraksi n-heksana (FHSA), fraksi etil asetat (FESA), dan fraksi air (FASA) dengan rendemen berturut-turut adalah 42,74, 8,72 dan 28,01%. Hasil penapisan fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT) menunjukkan ketiga pelarut dapat memisahkan senyawa dalam EESA berdasarkan kepolaran, salah satunya adalah keberadaan senyawa flavonoid. FESA dan FASA mengandung flavonoid sedangkan FHSA tidak terdeteksi adanya flavonoid. Hasil analisis KLT dan KCKT menunjukkan kandungan senyawa flavonoid dalam daun tempuyung yang tersari dalam EESA dan FESA diantaranya adalah luteolin, luteolin-7-O-glikosida, apigenin, apigenin-7-O-glikosida, kemferol, rutin dan kuersetin karena memiliki bercak pada KLT dan waktu retensi pada KCKT yang sama dengan standar. Luteolin merupakan salah satu kandungan flavonoid di dalam tempuyung yang terdeteksi dalam EESA yaitu sebesar 6,44 ± 0,61 µg/mg. Kadar flavonoid total pada EESA 26,08 ± 3,03 µg/mg ekstrak dan FESA 36,49 ± 2,08 µg/mg fraksi dihitung sebagai kesetaraan dengan luteolin. Aktivitas antioksidan dilakukan melalui peredaman radikal 2,2-Difenil-1-1-Pikril Hidrasil (DPPH). EESA memiliki aktivitas antioksidan yang rendah dengan nilai IC50 > 250 µg/mL. FESA (IC50 = 226,77 ± 6,91 µg/mL) memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar dibandingkan EESA. FASA memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah (IC50 = 971,34 ± 12,33 µg/mL) dan FHSA (IC50 > 1000 µg/mL) tidak menunjukkan adanya aktivitas antioksidan. FESA memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar dibandingkan dengan fraksi lainnya walaupun lebih rendah secara bermakna terhadap vitamin C. Uji aktivitas ACE inhibitor dinyatakan dengan kemampuan menghambat pembentukan asam hipurat sebagai hasil hidrolisis substrat hipuril-histidilleusin (HHL) oleh ACE. Hasil menunjukkan pada konsentrasi 100 µg/mL EESA menghambat ACE sebesar 66,19 ± 1,98 %, sedangkan FASA 28,62 ± 13,95 %, FHSA 69,36 ± 0,60 % dan FESA 78,59 ± 7,01 %. Komponen fitokimia di dalam FESA memiliki aktivitas lebih kuat sebagai ACE inhibitor dan terbukti pada subfraksi FESA (SF) nomor 4-9 memiliki aktivitas ACE inhibitor di atas 50% pada konsentrasi 50 µg/mL. Hasil KLT menunjukkan SF nomor 4-9 memiliki kandungan luteolin, apigenin, kuersetin dan kemferol. Pengujian aktivitas daun tempuyung sebagai beta-bloker dilakukan pada tikus Wistar jantan dengan metode hipertensi akut yang diinduksi epinefrin dilanjutkan dengan uji aktivitas relaksasi pada otot jantung kodok yang diinduksi norepinefrin dan analisis inhibitor jalur pensinyalan Mitogen Activated Protein Kinase (MAPK) pada sel HEK 269 overekspresi ?reseptor terhadap fosforilasi Extracellular signal Regulated Kinase (ERK1/2) yang diinduksi isoproterenol. EESA dosis 100 mg/kg bb mampu menghambat epinefrin 0,25 mg/kg bb dalam menaikkan tekanan darah secara bermakna (p<0,05) dan dosis tersebut dijadikan dasar penentuan dosis uji pada fraksi. FESA 16 mg/kg bb menunjukkan aktivitas antihipertensi yang bermakna dan setara dengan obat standar yaitu atenolol 4,5 mg/kg bb (p<0,05), dengan daya inhibisi terhadap kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar 58,56 dan 68,24%. Kontraksi otot jantung kodok yang telah diinduksi norepinefrin menurun dengan pemberian FESA 0,9 mg/mL (27,7%). Peningkatan tekanan darah dapat ditekan karena kandungan senyawa dalam FESA dapat menghambat stimulasi adrenalin mengaktivasi ?reseptor, sehingga kenaikan kontraksi otot jantung dapat dicegah. Hal tersebut dapat terjadi karena kandungan senyawa dalam EESA yang tersari dalam FESA yaitu luteolin, apigenin dan kuersetin berpotensi sebagai antagonis reseptor ?dengan menghambat beta agonis (isoproterenol) mengaktivasi fosforilasi ERK1/2 pada jalur pensinyalan MAPK yang berperan dalam proses kontraksi dan pergerakan sel. Aktivitas daun tempuyung sebagai angiotensin II receptor blocker (ARB) dilakukan secara in vitro melalui analisis mekanisme seluler pada sel CHO-AT1r dan sel otot polos vaskular (VSMC) A7R5 dengan induktor angiotensin II (Ang II). Ang II menstimulasi jalur pensinyalan MAPK melalui fosforilasi ERK1/2 yang berperan dalam kontraksi dan pertumbuhan sel meliputi proliferasi, diferensiasi, dan migrasi sel. EESA 100 µg/mL menghambat fosforilasi ERK1/2 secara bermakna (p<0,01) dan FESA 100 µg/mL menunjukkan aktivitas lebih tinggi yang setara dengan olmesartan. Kandungan senyawa dalam daun tempuyung yaitu luteolin, apigenin, kemferol dan rutin (5-40 µg/mL) mampu menghambat fosforilasi ERK1/2. Inhibisi jalur pensinyalan MAPK oleh daun tempuyung terjadi karena luteolin, apigenin, kemferol dan rutin menghambat fosforilasi protein tirosin kinase setelah Ang II berikatan dengan AT1r, selain itu luteolin mampu menghambat Ang II dalam menginduksi internalisasi reseptor AT1r ke sitoplasma. Aktivitas tersebut ditunjukkan melalui posisi reseptor AT1r yang tetap pada permukaan membran sel berdasarkan hasil analisis mikroskopis imunofluoresensi. Analisis upstream signal pada sitoplasma menunjukkan bahwa penghambatan fosforilasi ERK1/2 akan menyebabkan berkurangnya translokasi ke dalam nukleus. Hal tersebut dikonfirmasi dengan hasil analisis downstream signal berupa rendahnya ekspresi faktor transkripsi CREB dan c-fos secara bermakna (p<0,01). Penghambatan jalur pensinyalan MAPK dapat menurunkan ekspresi faktor transkripsi sehingga dapat mengendalikan pertumbuhan dan pergerakan sel. Luteolin (5-10 µg/mL), apigenin (20 µg/mL) dan kemferol (20 µg/mL) terbukti menghambat Ang II dalam menstimulasi proliferasi dan kecepatan migrasi sel VSMC secara bermakna (p<0,01). Luteolin mampu menekan ekspresi CREB dan c-fos mencapai 3x lipat yang ditunjukkan dengan berkurangnya proliferasi sel (59,85%) dan kecepatan migrasi sel VSMC (82,58%). Apigenin dan kemferol menunjukkan aktivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan luteolin. Proliferasi dan migrasi sel otot polos vaskular yang terkendali dapat mencegah remodeling vaskular yang dapat memicu kenaikan tekanan darah. Hasil pengujian menunjukkan FESA memiliki aktivitas antioksidan, ACE inhibitor, antagonis reseptor ?dan ARB lebih kuat secara bermakna dibandingkan dengan FASA dan FHSA. FESA memiliki kandungan flavonoid tertinggi sehingga flavonoid berpotensi sebagai senyawa yang berperan dalam efek farmakologi yang dihasilkan. Luteolin, apigenin dan kemferol yang tersari di dalam EESA dan terpisahkan dalam FESA adalah senyawa bioaktif di dalam SA yang memiliki efek farmakologi sebagai antihipertensi. Luteolin adalah senyawa biomarker dalam SA dan memiliki aktivitas tertinggi dibandingkan kandungan senyawa flavonoid lainnya yang terkandung dalam SA. Informasi yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah kandungan senyawa fitokompleks yang dimiliki oleh suatu tanaman menjadikan daun tempuyung memiliki potensi sebagai antihipertensi dengan berbagai mekanisme kerja diantaranya antioksidan, ACE inhibitor, beta-bloker dan angiotensin II receptor blocker (ARB). Fraksi etil asetat adalah fraksi terpilih yang dapat dikembangkan menjadi suatu obat herbal terstandar untuk membantu terapi hipertensi yang berasal dari daun tempuyung karena mengandung senyawa bioaktif sebagai antihipertensi dengan aktivitas terbaik dalam uji farmakologi yang telah dilakukan.