Tempuyung dengan nama latin Sonchus arvensis (Linn.) telah digunakan secara
empiris untuk menurunkan tekanan darah dan memiliki efek diuretik sebagai salah
satu mekanisme obat antihipertensi. Tujuan dari penelitian ini adalah menelaah
kandungan senyawa bioaktif daun tempuyung yang berperan menghasilkan
aktivitas farmakologi dalam mengatur regulasi tekanan darah dan mengkaji potensi
daun tempuyung sebagai antihipertensi melalui penelusuran beberapa mekanisme
kerja, diantaranya antioksidan, beta-bloker, angiotensin converting enzyme (ACE)
inhibitor dan angiotensin II receptor blocker (ARB) yang dilakukan secara in vivo,
in vitro, dan ex vivo.
Telaah kandungan senyawa bioaktif daun tempuyung dimulai dengan ekstraksi
daun menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Rendemen ekstrak
daun tempuyung (EESA) 7,79%. Fraksinasi terhadap EESA dilakukan dengan
metode ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut n-heksana dan etil asetat sehingga
menghasilkan fraksi n-heksana (FHSA), fraksi etil asetat (FESA), dan fraksi air
(FASA) dengan rendemen berturut-turut adalah 42,74, 8,72 dan 28,01%. Hasil
penapisan fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT) menunjukkan ketiga pelarut
dapat memisahkan senyawa dalam EESA berdasarkan kepolaran, salah satunya
adalah keberadaan senyawa flavonoid. FESA dan FASA mengandung flavonoid
sedangkan FHSA tidak terdeteksi adanya flavonoid. Hasil analisis KLT dan KCKT
menunjukkan kandungan senyawa flavonoid dalam daun tempuyung yang tersari
dalam EESA dan FESA diantaranya adalah luteolin, luteolin-7-O-glikosida,
apigenin, apigenin-7-O-glikosida, kemferol, rutin dan kuersetin karena memiliki
bercak pada KLT dan waktu retensi pada KCKT yang sama dengan standar.
Luteolin merupakan salah satu kandungan flavonoid di dalam tempuyung yang
terdeteksi dalam EESA yaitu sebesar 6,44 ± 0,61 µg/mg. Kadar flavonoid total pada
EESA 26,08 ± 3,03 µg/mg ekstrak dan FESA 36,49 ± 2,08 µg/mg fraksi dihitung
sebagai kesetaraan dengan luteolin.
Aktivitas antioksidan dilakukan melalui peredaman radikal 2,2-Difenil-1-1-Pikril
Hidrasil (DPPH). EESA memiliki aktivitas antioksidan yang rendah dengan nilai
IC50 > 250 µg/mL. FESA (IC50 = 226,77 ± 6,91 µg/mL) memiliki aktivitas
antioksidan yang lebih besar dibandingkan EESA. FASA memiliki aktivitas
antioksidan yang sangat lemah (IC50 = 971,34 ± 12,33 µg/mL) dan FHSA (IC50 >
1000 µg/mL) tidak menunjukkan adanya aktivitas antioksidan. FESA memiliki
aktivitas antioksidan yang lebih besar dibandingkan dengan fraksi lainnya
walaupun lebih rendah secara bermakna terhadap vitamin C.
Uji aktivitas ACE inhibitor dinyatakan dengan kemampuan menghambat
pembentukan asam hipurat sebagai hasil hidrolisis substrat hipuril-histidilleusin (HHL) oleh ACE. Hasil menunjukkan pada konsentrasi 100 µg/mL EESA
menghambat ACE sebesar 66,19 ± 1,98 %, sedangkan FASA 28,62 ± 13,95 %,
FHSA 69,36 ± 0,60 % dan FESA 78,59 ± 7,01 %. Komponen fitokimia di dalam
FESA memiliki aktivitas lebih kuat sebagai ACE inhibitor dan terbukti pada
subfraksi FESA (SF) nomor 4-9 memiliki aktivitas ACE inhibitor di atas 50% pada
konsentrasi 50 µg/mL. Hasil KLT menunjukkan SF nomor 4-9 memiliki kandungan
luteolin, apigenin, kuersetin dan kemferol.
Pengujian aktivitas daun tempuyung sebagai beta-bloker dilakukan pada tikus
Wistar jantan dengan metode hipertensi akut yang diinduksi epinefrin dilanjutkan
dengan uji aktivitas relaksasi pada otot jantung kodok yang diinduksi norepinefrin
dan analisis inhibitor jalur pensinyalan Mitogen Activated Protein Kinase (MAPK)
pada sel HEK 269 overekspresi ?reseptor terhadap fosforilasi Extracellular signal
Regulated Kinase (ERK1/2) yang diinduksi isoproterenol. EESA dosis 100 mg/kg
bb mampu menghambat epinefrin 0,25 mg/kg bb dalam menaikkan tekanan darah
secara bermakna (p<0,05) dan dosis tersebut dijadikan dasar penentuan dosis uji
pada fraksi. FESA 16 mg/kg bb menunjukkan aktivitas antihipertensi yang
bermakna dan setara dengan obat standar yaitu atenolol 4,5 mg/kg bb (p<0,05),
dengan daya inhibisi terhadap kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar
58,56 dan 68,24%. Kontraksi otot jantung kodok yang telah diinduksi norepinefrin
menurun dengan pemberian FESA 0,9 mg/mL (27,7%). Peningkatan tekanan darah
dapat ditekan karena kandungan senyawa dalam FESA dapat menghambat
stimulasi adrenalin mengaktivasi ?reseptor, sehingga kenaikan kontraksi otot
jantung dapat dicegah. Hal tersebut dapat terjadi karena kandungan senyawa dalam
EESA yang tersari dalam FESA yaitu luteolin, apigenin dan kuersetin berpotensi
sebagai antagonis reseptor ?dengan menghambat beta agonis (isoproterenol)
mengaktivasi fosforilasi ERK1/2 pada jalur pensinyalan MAPK yang berperan
dalam proses kontraksi dan pergerakan sel.
Aktivitas daun tempuyung sebagai angiotensin II receptor blocker (ARB)
dilakukan secara in vitro melalui analisis mekanisme seluler pada sel CHO-AT1r
dan sel otot polos vaskular (VSMC) A7R5 dengan induktor angiotensin II (Ang II).
Ang II menstimulasi jalur pensinyalan MAPK melalui fosforilasi ERK1/2 yang
berperan dalam kontraksi dan pertumbuhan sel meliputi proliferasi, diferensiasi,
dan migrasi sel. EESA 100 µg/mL menghambat fosforilasi ERK1/2 secara
bermakna (p<0,01) dan FESA 100 µg/mL menunjukkan aktivitas lebih tinggi yang
setara dengan olmesartan. Kandungan senyawa dalam daun tempuyung yaitu
luteolin, apigenin, kemferol dan rutin (5-40 µg/mL) mampu menghambat
fosforilasi ERK1/2. Inhibisi jalur pensinyalan MAPK oleh daun tempuyung terjadi
karena luteolin, apigenin, kemferol dan rutin menghambat fosforilasi protein tirosin
kinase setelah Ang II berikatan dengan AT1r, selain itu luteolin mampu
menghambat Ang II dalam menginduksi internalisasi reseptor AT1r ke sitoplasma.
Aktivitas tersebut ditunjukkan melalui posisi reseptor AT1r yang tetap pada
permukaan membran sel berdasarkan hasil analisis mikroskopis imunofluoresensi.
Analisis upstream signal pada sitoplasma menunjukkan bahwa penghambatan
fosforilasi ERK1/2 akan menyebabkan berkurangnya translokasi ke dalam nukleus.
Hal tersebut dikonfirmasi dengan hasil analisis downstream signal berupa
rendahnya ekspresi faktor transkripsi CREB dan c-fos secara bermakna (p<0,01).
Penghambatan jalur pensinyalan MAPK dapat menurunkan ekspresi faktor
transkripsi sehingga dapat mengendalikan pertumbuhan dan pergerakan sel.
Luteolin (5-10 µg/mL), apigenin (20 µg/mL) dan kemferol (20 µg/mL) terbukti
menghambat Ang II dalam menstimulasi proliferasi dan kecepatan migrasi sel
VSMC secara bermakna (p<0,01). Luteolin mampu menekan ekspresi CREB dan
c-fos mencapai 3x lipat yang ditunjukkan dengan berkurangnya proliferasi sel
(59,85%) dan kecepatan migrasi sel VSMC (82,58%). Apigenin dan kemferol
menunjukkan aktivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan luteolin. Proliferasi
dan migrasi sel otot polos vaskular yang terkendali dapat mencegah remodeling
vaskular yang dapat memicu kenaikan tekanan darah.
Hasil pengujian menunjukkan FESA memiliki aktivitas antioksidan, ACE inhibitor,
antagonis reseptor ?dan ARB lebih kuat secara bermakna dibandingkan dengan
FASA dan FHSA. FESA memiliki kandungan flavonoid tertinggi sehingga
flavonoid berpotensi sebagai senyawa yang berperan dalam efek farmakologi yang
dihasilkan. Luteolin, apigenin dan kemferol yang tersari di dalam EESA dan
terpisahkan dalam FESA adalah senyawa bioaktif di dalam SA yang memiliki efek
farmakologi sebagai antihipertensi. Luteolin adalah senyawa biomarker dalam SA
dan memiliki aktivitas tertinggi dibandingkan kandungan senyawa flavonoid
lainnya yang terkandung dalam SA.
Informasi yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah kandungan senyawa
fitokompleks yang dimiliki oleh suatu tanaman menjadikan daun tempuyung
memiliki potensi sebagai antihipertensi dengan berbagai mekanisme kerja
diantaranya antioksidan, ACE inhibitor, beta-bloker dan angiotensin II receptor
blocker (ARB). Fraksi etil asetat adalah fraksi terpilih yang dapat dikembangkan
menjadi suatu obat herbal terstandar untuk membantu terapi hipertensi yang berasal
dari daun tempuyung karena mengandung senyawa bioaktif sebagai antihipertensi
dengan aktivitas terbaik dalam uji farmakologi yang telah dilakukan.