Cekungan Sunda merupakan suatu half graben yang terisi dengan sedimen kenozoik, dimana
sedimen berumur Oligosen dan Miosen merupakan target utama dalam eksplorasi dan
eksploitasi hidrokarbon. Salah satu target eksplorasi dan eksploitasi hidrokarbon pada
cekungan ini adalah pada Anggota Gita yang berada pada Formasi Talang Akar. Penelitian
dilakukan untuk mengetahui dinamika sedimentasi Anggota Gita melalui analisis asosiasi
fasies berdasarkan data batuan inti dan data log talikawat. Dengan identifikasi litologi pada
sumur B-03, terdapat empat asosiasi fasies pada interval Anggota Gita, yaitu fluvial channel
system, swamp/marsh, intertidal flat, dan tidal sand bars. Model pengendapan dibuat dengan
menggabungkan data asosiasi fasies dan data peta isochron/basement. Dari peta tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa secara umum interval Anggota Gita memiliki arah pengendapan dari
Utara-Selatan dan Barat-Timur. Model Pengendapan Parasekuen-set Interval 1 merupakan
fluvial channel system, dibuktikan dengan elektrofasies yang berbentuk bell shaped, dan
kemudian pada bagian atasnya merupakan Model Pengendapan Parasekuen-set Interval 2,
dengan lingkungan swamp/marsh-tidal flat. Hasil ini mengindikasikan adanya proses
transgresi secara umum yang merubah asosiasi fasies yang fluvial channel system berangsur
menjadi swamp/marsh. Kemudian, Model Pengendapan Parasekuen-set Interval 3 pada peta
menggambarkan lingkungan sudah berubah ke estuarin dengan kehadiran tidal sand bars. Hal
ini dibuktikan dengan adanya data batuan inti pada sumur B-03 yang menunjukkan bahwa
litologi yang terendapkan merupakan bagian dari tidal sand bars pada sistem estuarin. Pada
Interval 4, juga ditemukan asosiasi fasies yang sama dengan Dari semua model pengendapan
tiap interval mengindikasikan bahwa dinamika sedimentasi pada Anggota Gita bersifat
transgresif dan retrogradasional, dengan dibuktikan dari proporsi asosiasi fasies pada bagian
bawah Anggota Gita yang didominasi oleh lingkungan fluvial dan rawa, kemudian semakin ke
atas lingkungannya berubah menjadi lingkungan estuarin. Dari hasil penelitian ini terdapat
asosiasi fasies yang potensial menjadi batuan reservoir hidrokarbon yaitu asosiasi fasies fluvial
channel system dimana asosiasi fasies ini memiliki ketebalan lapisan batupasir yang mencapai
50 meter dan memiliki pelamparan secara lateral selebar 5 hingga 10 kilometer.