digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Sophia Crestotes Sharon
PUBLIC Alice Diniarti

Gempa bumi masih menjadi salah satu fenomena atau bencana alam yang menimbulkan banyak korban di Indonesia. Namun faktanya adalah bahwa yang menimbulkan banyak korban bukanlah gempa bumi itu sendiri, melainkan infrastruktur-infrastruktur yang diguncang oleh gempa. Infrastruktur-infrastruktur ini tidak kuat menahan gaya gempa sehingga jatuh atau collapse, dan membunuh jiwa manusia yang berada di dekatnya. Resiko dari gempa akan bertambah jika struktur tidak dibuat tahan terhadap gempa. Rumah residensial merupakan salah satu contoh non-engineered building atau struktur yang dibangun tanpa memperhatikan spesifikasi atau dasar teknik yang mendalam. 80% bangunan di kota di Indonesia adalah rumah residensial, sehingga kerentanan populasi di Indonesia perlu dipetakan secara jelas. Area dengan persentase rumah tangga miskin (yang diindikasikan melalui jumlah penduduk miskin) lebih berpotensi mengalami dampak negative yang lebih besar akibat bencana gempa bumi. Hal ini menandakan bahwa adanya perbedaan kualitas bangunan antar kelas ekonomi. Kualitas bangunan yang berbeda ini menyebabkan perbedaan kerentanan bangunan terhadap bencana. Untuk mendukung tujuan besar tersebur, tugas akhir ini mencari persebaran tipologi dari beberapa rumah residensial yang ada di Kota Bandung. Pengklasifikasian kelas ekonomi juga dilakukan guna mendapatkan parameter struktur tipikal untuk masing-masing kelas ekonomi. Hasil dari kedua proses ini akan digunakan untuk mencari kerentanan populasi yang ada di Kota Bandung. Perhitungan kerentanan populasi juga akan dibantu dengan metode EMS98 dan kurva kerapuhan yang sudah disesuaikan dengan metode konstruksi di Indonesia. Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan rapid visual screening atau RVS dan wawancara di beberapa kelurahan di Bandung Utara, yaitu daerah yang paling rentan terhadap sesar Lembang. Sesar ini dipilih karena sesar Lembang merupakan salah satu sesar yang paling dekat dengan Kota Bandung. Dari survey lapangan ini, rumah residensial diolah dengan metode EMS98. Survey lapangan menghasilkan 406 data tipe struktur rumah, di antaranya terdapat 27 data sosio-ekonomi dan 15 data karakteristik detail rumah. Berdasarkan teori Lemeshow, 406 data rumah ini merepresentasikan populasi yang rentan di Kota Bandung yang tidak diketahui jumlahnya. 57.9% rumah residensial berjenis dinding bata terkekang (confined masonry), 35% berjenis portal beton bertulang dengan dinding pengisi (RC infilled frame), dan 7.1% berjenis dinding bata tak terkekang (unconfined masonry). Jumlah lantai rata-rata yang dimiliki oleh kelas ekonomi tinggi adalah dua, dengan luas per lantai bangunan sekitar 200 m2. Tebal dinding rata-rata kelas ekonomi tinggi adalah 250 mm dengan jarak antar kolom pengikat sekitar 2.5 m. sedangkan jumlah lantai rata-rata yang dimiliki oleh kelas ekonomi rendah adalah satu, dengan luas per lantai bangunan sekitar 72 m2. Tebal dinding rata-rata kelas ekonomi rendah adalah 150 mm dengan jarak antar kolom pengikat sekitar 3 m. Setelah didapatkan kerentanan dari masing-masing jenis rumah residensial, dipetakan dan dihitung risiko rata-rata dari populasi di Kota Bandung. Jika Kota Bandung diguncang dengan scenario gempa akibar sesar Lembang bermagnitude 7, maka didapatkan hasil 20% rumah tidak akan mengalami kerusakan, 34% rumah mengalami tingkat kerusakan 1, 35% mengalami tingkat kerusakan 2, 11% rumah mengalami tingkat kerusakan 3, dan 1% rumah mengalami tingkat kerusakan 4.