Sejak tahun 1621, 1654, hingga 1909 Jakarta sudah mengalami banjir, walaupun kondisinya belum
mengalami degradasi lahan seperti sekarang ini. Hal tersebut menunjukan bahwa secara geografi
DKI Jakarta merupakan daratan banjir alami (flood prone area) karena 40% dari seluruh
wilayahnya memiliki elevasi yang lebih rendah dari permukaan air laut, salah satu lokasi yang
sering dilanda banjir adalah daerah hilir Kali Krukut seperti Kelurahan Bendungan Hilir dan
Kelurahan Karet Tengsin. Upaya pengendalian banjir yang dilakukan di hilir Kali Krukut yaitu
dengan menerapkan sistem polder. Solusi ini dipilih karena banjir pada lokasi studi disebabkan
kapasitas drainase baik mikro maupun makro tidak dapat menampung volume banjir dan pada
waktu tertentu ketika air Sungai Ciliwung lebih tinggi dari Kali Krukut, banjir tidak dapat dibuang
secara gravitasi sehingga membutuhkan pompa.
Komponen yang terdapat dalam polder ini yaitu jaringan drainase dan rumah pompa. Proses
perencanaan diawali analisis hidrologi untuk mengolah data curah hujan menjadi hidrograf banjir
periode ulang 100 tahun. Selanjutnya dilakukan analisis hidraulika dilakukan untuk membuat
simulasi dengan beberapa skenario yang dalam studi ini terdapat 3 skenario. Skenario terbaik
merupakan skenario C yaitu dengan menormalisir sungai dan membangun rumah pompa yang
dilengkapi 6 unit pompa berkapasitas 30 m3/s/unit. Tahap selanjutnya yaitu menentukan pola
operasi dan pemeliharaan dari setiap prasarana yang direncanakan. Perhitungan volume pekerjaan
dilakukan untuk mendapatkan rancangan anggaran biaya. Biaya total yang dibutuhkan untuk
membangun polder yaitu sebesar Rp. 103.891.000.000.