digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK SALSABILA RIFDAH TAUFIK
PUBLIC Irwan Sofiyan

Sejak tahun 1621, 1654, hingga 1909 Jakarta sudah mengalami banjir, walaupun kondisinya belum mengalami degradasi lahan seperti sekarang ini. Hal tersebut menunjukan bahwa secara geografi DKI Jakarta merupakan daratan banjir alami (flood prone area) karena 40% dari seluruh wilayahnya memiliki elevasi yang lebih rendah dari permukaan air laut, salah satu lokasi yang sering dilanda banjir adalah daerah hilir Kali Krukut seperti Kelurahan Bendungan Hilir dan Kelurahan Karet Tengsin. Upaya pengendalian banjir yang dilakukan di hilir Kali Krukut yaitu dengan menerapkan sistem polder. Solusi ini dipilih karena banjir pada lokasi studi disebabkan kapasitas drainase baik mikro maupun makro tidak dapat menampung volume banjir dan pada waktu tertentu ketika air Sungai Ciliwung lebih tinggi dari Kali Krukut, banjir tidak dapat dibuang secara gravitasi sehingga membutuhkan pompa. Komponen yang terdapat dalam polder ini yaitu jaringan drainase dan rumah pompa. Proses perencanaan diawali analisis hidrologi untuk mengolah data curah hujan menjadi hidrograf banjir periode ulang 100 tahun. Selanjutnya dilakukan analisis hidraulika dilakukan untuk membuat simulasi dengan beberapa skenario yang dalam studi ini terdapat 3 skenario. Skenario terbaik merupakan skenario C yaitu dengan menormalisir sungai dan membangun rumah pompa yang dilengkapi 6 unit pompa berkapasitas 30 m3/s/unit. Tahap selanjutnya yaitu menentukan pola operasi dan pemeliharaan dari setiap prasarana yang direncanakan. Perhitungan volume pekerjaan dilakukan untuk mendapatkan rancangan anggaran biaya. Biaya total yang dibutuhkan untuk membangun polder yaitu sebesar Rp. 103.891.000.000.