digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Hansen Leonard Andreas
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

COVER Hansen Leonard Andreas
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Hansen Leonard Andreas
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Hansen Leonard Andreas
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Hansen Leonard Andreas
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Hansen Leonard Andreas
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Hansen Leonard Andreas
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Industri 4.0 adalah istilah yang menggambarkan revolusi radikal di mana para permain industri melakukan integrasi dan improvisasi dengan menggabungkan teknologi informasi and operasi ke dalam proses bisnisnya. Akan tetapi, ada celah antara kesadaran akan pentingnya Industri 4.0 dengan jumlah implementasinya dikarenakan kurangnya pengertian konseptual dan kompetensi dalam melakukan implementasi. Sejak 2018, PT Astra Otoparts Tbk., melalui Divisi Winteq-Smart Factory Unit sebagai sistem integrator untuk industry otomotif, menangkap celah atau permintaan ini dengan menawarkan jasa solusi teknis yang terspesialisasi dalam memfasilitasi transformasi Industri 4.0. Dalam melakukan bisnisnya, Smart Factory Unit menghadapi beberapa isu seperti bagaimana mengembangkan bisnisnya, kurangnya literasi digital klien, sifat negative dari manajemen klien terhadap investasi Industri 4.0, dan misidentifikasi skala bisnis. Untuk menghadapi isu-isu tersebut, lingkungan internal dan eksternal dari bisnis tersebut dinalisa dengan kerangka VRIO, PESTELm dan Porter’s 5 Forces. Data diperoleh dengan mengadakan wawancara dan diskusi dengan pegawai Smart Factory Unit. Hasil dari analisis dirangkum dengan menggunakan kerangka SWOT dan ditranslasikan menjadi strategi dengan menggunakan TOWS. Di proyek akhir ini diperoleh 21 strategi alternatif yang dibandingkan juga dengan strategi yang sudah diterapkan di Smart Factory Unit. Strategi-strategi tersebut dipetakan ke matriks nilai-kompleksitas untuk mengurutkan prioritas. Memodifikasi alat penilaian kesiapan dipilih sebagai strategi yang diprioritaskan karena memiliki nilai yang tinggi yang menjawab isu-isu bisnis dan memiliki kompleksitas yang relatif rendah untuk dieksekusi. INDI 4.0 direkomendasikan untuk dilengkapi dengan prioritisasi matriks seperti SIRI yang memungkinkan pembelajaran konsep digital, menghubungkan Industri 4.0 dengan tujuan bisnis, dan wawasan yang lebih dalam terhadap skala bisnis klien. Pendefinisian ulang setiap tingkatan indeks di INDI 4.0 juga direkomendasikan agar INDI 4.0 memiliki kemampuan pengukuran maturitas.