ABSTRAK Joe Monang
PUBLIC Dewi Supryati COVER Joe Monang
PUBLIC Dewi Supryati BAB 1 Joe Monang
PUBLIC Dewi Supryati BAB 2 Joe Monang
PUBLIC Dewi Supryati BAB 3 Joe Monang
PUBLIC Dewi Supryati BAB 4 Joe Monang
PUBLIC Dewi Supryati BAB 5 Joe Monang
PUBLIC Dewi Supryati BAB 6 Joe Monang
PUBLIC Dewi Supryati PUSTAKA Joe Monang
PUBLIC Dewi Supryati
Penelitian kompetensi telah banyak dilakukan, namun sedikit yang berfokus pada
pengembangan model kompetensi aparatur sipil negara (ASN) untuk jabatan
manajerial. Hasil pencarian literatur menunjukkan bahwa penelitian model
kompetensi terdahulu berfokus pada satu jabatan manajerial tertentu ataupun
bersifat universal tanpa membandingkan pengaruh setiap kompetensi terhadap
kinerja antar tingkatan jabatan. Akibatnya, organisasi menghadapi kesulitan dalam
penyusunan strategi yang tepat untuk menyeleksi ataupun meningkatkan
kemampuan individu apabila memanfaatkan model tersebut.
Hasil tinjauan pustaka menunjukkan pula bahwa dukungan organisasi dapat
memoderasi hubungan antara kompetensi dan kinerja individu. Hal ini didasarkan
pada pemikiran bahwa kinerja individu merupakan fungsi interaksi antara
kompetensi dengan dukungan organisasi. Fungsi interaksi mencerminkan bahwa
tingkat pengaruh kompetensi terhadap kinerja dipengaruhi oleh dukungan
organisasi. Penelitian terhadap pengaruh moderasi tersebut masih sangat terbatas.
Penelitian ini memiliki tiga tujuan. Pertama, mengembangkan model kompetensi
ASN yang mencakup kompetensi minimal dan kompetensi pembeda untuk
mendukung pencapaian kinerja ASN pada jabatan pengawas, administrator, dan
pimpinan tinggi pratama di pemerintah provinsi serta mengidentifikasi perbedaan
pengaruh kompetensi terhadap kinerja pada jabatan-jabatan tersebut. Kedua,
menginvestigasi pengaruh dukungan organisasi terhadap hubungan antara
kompetensi dengan kinerja ASN pada jabatan pengawas, administrator, dan
pimpinan tinggi pratama di pemerintah provinsi. Ketiga, merekomendasikan
prioritas kompetensi dalam proses seleksi dan program pelatihan penjenjangan
berbasis kompetensi pada jabatan pengawas, administrator, dan pimpinan tinggi
pratama di pemerintah provinsi.
Penelitian ini menerapkan metode campuran yang melibatkan dua tahap penelitian.
Tahap pertama adalah tahap kualitatif untuk mengembangkan model dan kamus
kompetensi ASN. Tahap kedua adalah tahap kuantitatif untuk menguji model
kompetensi dan pengaruh moderasi dukungan organisasi.
Pada tahap kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan studi
lapangan. Studi pustaka menggunakan pemetaan literatur secara sistematis,
sedangkan studi lapangan menggunakan wawancara dengan teknik behavioral
event interview kepada 50 ASN di Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari
12 ASN berkinerja superior dan delapan ASN berkinerja rata-rata masing-masing
pada jabatan pengawas dan jabatan administrator, serta enam ASN berkinerja
superior dan empat ASN berkinerja rata-rata pada jabatan pimpinan tinggi pratama.
Pengolahan data pada tahap kualitatif menggunakan analisis tematik dengan
menerapkan metode coding, yaitu in vivo, protocol, pattern dan axial. Hasilnya
menunjukkan bahwa ASN pada jabatan pengawas, administrator, dan pimpinan
tinggi pratama membutuhkan 19 kompetensi yang dikelompokkan ke dalam lima
kelompok kompetensi, yaitu pengelolaan diri, pengelolaan tugas, pengelolaan unit
kerja, pengelolaan sosial budaya dan bidang. Hasil tersebut dituangkan ke dalam
bentuk kamus kompetensi. Focus group discussion (FGD) dilaksanakan dengan
cara melibatkan lima asesor kompetensi Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk
melakukan validasi dan mendapatkan masukan terhadap kamus kompetensi yang
telah disusun. Hasil FGD menunjukkan kamus kompetensi yang disusun sudah
cukup memadai dengan sedikit perbaikan.
Pada tahap kuantitatif, pengumpulan data dilakukan dengan teknik survei.
Pengambilan sampel menggunakan teknik sampel bertujuan. Sebelum kuesioner
disebarkan, kuesioner diujicobakan terlebih dahulu kepada lima ASN yang
menduduki jabatan pengawas dan administrator. Hasil uji coba menunjukkan
bahwa kuesioner mudah dipahami dan dilakukan sedikit perbaikan.
Pengolahan data kuantitatif menggunakan model persamaan struktural partial least
square (SEM-PLS) dan aplikasi WarpPLS 7.0. Model diuji menggunakan sampel
sebanyak 226 ASN yang terdiri dari 123 pejabat pengawas, 85 pejabat administrator
dan 18 pejabat pimpinan tinggi pratama. Hasil pengujian model pengukuran
menunjukkan bahwa model memiliki validitas konvergen dan diskriminan yang
baik serta reliabel pada ketiga jabatan tersebut. Pengujian model struktural
menunjukkan bahwa model memiliki nilai kecocokan yang baik.
Hasil tahap kuantitatif menunjukkan bahwa kelompok kompetensi pengelolaan diri,
pengelolaan tugas, dan bidang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
pada jabatan pengawas, sedangkan kelompok kompetensi pengelolaan unit kerja
dan pengelolaan sosial budaya tidak berpengaruh secara signifikan. Pada jabatan
administrator, kelompok kompetensi pengelolaan diri, pengelolaan unit kerja, dan
bidang berpengaruh positif terhadap kinerja secara signifikan, sedangkan kelompok
kompetensi pengelolaan tugas dan pengelolaan sosial budaya tidak berpengaruh
secara signifikan. Pada jabatan pimpinan tinggi pratama, kelompok kompetensi
pengelolaan diri dan pengelolaan unit kerja berpengaruh positif terhadap kinerja
secara signifikan, sedangkan kelompok kompetensi pengelolaan tugas, pengelolaan
sosial budaya, dan bidang tidak berpengaruh secara signifikan.
Hasil pengujian multigrup berpasangan menunjukkan bahwa kelompok kompetensi
pengelolaan unit kerja memiliki perbedaan pengaruh yang signifikan antara jabatan
administrator dan pimpinan tinggi pratama, sedangkan kelompok kompetensi
lainnya tidak memiliki perbedaan pengaruh yang signifikan antar tingkatan jabatan.
Hasil pengujian moderasi menunjukkan bahwa dukungan organisasi tidak
memoderasi hubungan kelompok kompetensi dan kinerja secara signifikan pada
ketiga jabatan tersebut.
Berdasarkan temuan tersebut di atas, model kompetensi pada jabatan pengawas,
administrator, dan pimpinan tinggi pratama disusun dengan mencantumkan profil
kompetensi pembeda dan kompetensi minimal. Selain itu, rekomendasi prioritas
kompetensi dalam proses seleksi dan program pelatihan penjenjangan berbasis
kompetensi disusun dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi, rata-rata
level kompetensi yang dimiliki pada saat ini, dan tingkat pengaruh kompetensi
terhadap kinerja dengan menggunakan analisis peta performansi-kepentingan
(importance-performance map analysis).