Kegiatan tambang terbuka batubara yang meliputi penggalian dan penimbunan
batuan penutup berpotensi memberikan dampak perubahan terhadap topografi dan
tutupan lahan. Hal ini menyebabkan perubahan daerah tangkapan yang
berpengaruh langsung terhadap kondisi hidrologi melalui peningkatan fluktuasi
debit secara signifikan. Selain itu, keberadaan mineral sulfida yang terkandung
didalam batuan penutup berpotensi dapat menurunkan kualitas air baik air
permukaan maupun air tanah akibat adanya pembentukan air asam tambang
(AAT). Perubahan kuantitas maupun kualitas air di daerah yang terganggu
kegiatan penambangan berpotensi terus terjadi secara dinamis mengikuti
kemajuan penambangan dan reklamasi area timbunan hingga masa pascatambang.
Oleh karena itu, pemodelan terhadap aspek kuantitas dan kualitas menjadi penting
untuk dilakukan sehingga upaya pencegahan maupun pengelolaan AAT dapat
dilakukan secara efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan model terintegrasi untuk memprediksi kuantitas dan kualitas
aliran air di hilir daerah tangkapan. Pemodelan dilakukan dengan mengambil studi
kasus Sungai Ukud, Lati Mine Operation, Kalimantan Timur untuk memvalidasi
data hasil simulasi. Pemodelan hidrologi dilakukan dengan menggunakan
topographically based semidistributed hydrological model (TOPMODEL) untuk
mensimulasi fluktuasi debit di hilir daerah aliran sungai. TOPMODEL dipilih
karena kemampuannya untuk mensimulasikan rainfall-runoff pada karakteristik
daerah tangkapan yang berbeda-beda. Selain itu, model ini mempertimbangkan
karakteristik fisik dalam mensimulasi rainfall-runoff yang dapat mengakomodasi
perubahan-perubahan daerah tangkapan di tambang terbuka batubara. Simulasi
dengan menggunakan metode ini telah dilakukan dengan menggunakan data
Sungai Ukud sebagai studi kasus. Pemodelan telah berhasil dilakukan untuk
mensimulasi debit Sungai Ukud dalam periode setiap satu jam. Debit simulasi
maksimum diperoleh sebesar 54.343 m3/jam dan rata-rata sebesar 3.287 m3/jam.
Nilai Nash Sutcliffe Efficiency (NSE) dalam simulasi ini diperoleh sebesar 0,54.
Nilai ini telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan sehingga hasil pemodelan
relatif sama dengan hasil observasi dan dapat diterima. Hasil model rainfallrunoff digunakan dalam pemodelan pembentukan dan transpor AAT. Model
pembentukan AAT dilakukan dengan menggunakan pendekatan reaksi geokimia
di daerah tangkapan yang terganggu oleh kegiatan penambangan. Proses ini
dilakukan dengan bantuan aplikasi geokimia PHREEQC. Simulasi terhadap dataii
pada Bulan Januari 2013 menunjukkan bahwa di subDAS A1 yang merupakan
area penambangan aktif jumlah massa pyrite yang bereaksi dapat mencapai ratarata 40 mol yang diperoleh dari inverse modelling pada penelitian terdahulu. Hasil
simulasi pada subDAS A1 dengan volume air 52,7 m3, nilai pH diperoleh yakni
4,3. Hasil ini mendekati data observasi yang dilakukan pada periode yang sama
yakni berkisar pH 3,8-4,4. Hasil simulasi ini menunjukkan bahwa beban
pembentukan AAT dari subDAS yang terganggu sangat mempengaruhi perilaku
perubahan pH di aliran sungai. Selanjutnya, simulasi kualitas air di hilir sungai
dilakukan melalui pendekatan metode faktor dilusi dengan mempertimbangkan
data debit simulasi dan kualitas dari setiap subDAS. Hasil simulasi pada bulan
Januari menunjukkan penurunan kualitas pada titik P1 secara signifikan dari pH 7
menjadi 5,08. Tren penurunan terus terjadi hingga mencapai pH 4,12 di titik P6
yang merupakan hilir sungai. Simulasi konsentrasi sulfate dan logam juga
dilakukan terhadap titik P1 hingga titik P6. Konsentrasi sulfate memiliki tren yang
meningkat hingga mencapai 27,3 mg/L di titik P6. Konsentrasi Fe meningkat
signifikan yakni mencapai 2,94 mg/L pada Titik P1 yang bersumber dari subDAS
1 yang merupakan area penambangan aktif. Konsentrasi ini cenderung terus
menurun karena faktor dilusi dan pengendapan. Konsentrasi logam Al dan Mn
cenderung meningkat sebesar 0,48 mg/L dan 2,48 mg/L. Evaluasi terhadap hasil
simulasi dilakukan dengan membandingkannya dengan data observasi. Nilai pH
observasi tercatat sebesar 4,19. Secara umum, hasil simulasi cukup dekat dengan
hasil observasi sehingga metode ini cukup valid dan dapat digunakan. Pemodelan
terintegrasi dalam penelitian ini dapat digunakan untuk memperkirakan
karakteristik kimia aliran sungai dari daerah tangkapan yang terganggu oleh
kegiatan penambangan. Metode pendekatan ini berpotensi untuk dapat
diintegrasikan kedalam proses perencanaan tambang terbuka batubara.
Pendekatan daerah tangkapan harus menjadi aspek penting yang dipertimbangkan
ketika merencanakan sekuen penambangan khususnya dalam menentukan area
timbunan untuk meminimalkan resiko pembentukan AAT.