Belt and Road Initiative (BRI) digadang-gadang sebagai proyek ambisius China untuk
menghidupkan kembali jalur sutra abad 21. Proyek ini memiliki tujuan untuk membangun
infrastruktur dengan menghubungan kawasan Asia, Africa, hingga Europe dengan
harapan dapat meningkatkan globalisasi dan perdagangan internasional. Pemerintah
China melalui BRI menyediakan pinjaman uang kepada negara di sepanjang koridor BRI
terutama negara berkembang untuk membantu memfasilitasi pembangunan infrastructure,
termasuk Indonesia.
Presiden Joko Widodo beranggapan bahwa BRI memiliki visi dan tujuan yang sama
dengan kebijakan Global Maritime Fulcrum yang bertujuan untuk mempromosikan
kemajuan infrastruktur antar wilayah. Setelah kedua negara menyepakati insvestasi
infrastructure dengan skema business-to-business ini, mulai banyak perusahaan China
yang berinvestasi di Indonesia dengan mendirikan perusahaan termasuk masuknya
pekerja asing China secara besar-besaran.
Fenomena ini menjadi perhatian bagi masyarakat Indonesia karena ditakutkan banyaknya
pekerja China yang datang dapat mengancam berkurangnya kesempatan kerja bagi
penduduk lokal. Selain itu, banyak kasus yang menunjukkan bahwa para investor China
ini membawa tenaga kerja unskillednya yang jelas telah melanggar peraturan hukum yang
berlaku karena pekerja asing yang diperbolehkan bekerja di Indonesia adalah tenaga ahli
atau pekerja high-skilled yang dapat memberikan transfer teknologi dan ilmu untuk
pekerja lokal. Isu ini akhirnya menjadi awal mula konflik dan sentimen masyarakat
Indonesia terhadap pekerja asing China.
Makalah ini menggunakan pendekatan manajemen konflik dan fishbone analysis untuk
mengidentifikasi penyebab masalah yang timbul dari konflik di antara para pekerja
tersebut. Studi ini juga menggunakan kerangka kerja 7S McKinsey dan analisis PESTEL
untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab konflik. Sebagai batasan, penelitian ini
hanya berfokus kepada pergerakan tenaga asing China melalui BRI dan tidak mempelajari
mendalam tentang perdagangan barang, investasi, serta peningkatan infrastruktur.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara dan
menghimpun data sebagai sumber utama penelitian.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa konflik yang terjadi antara pekerja asing China
dan lokal disebabkan karena perbedaan perlakuan yang diterima di tempat kerja seperti
fasilitas dan upah serta perbedaan budaya yang menyebabkan kurang harmonisnya
hubungan antar pekerja asing dan lokal.