digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Belt and Road Initiative (BRI) digadang-gadang sebagai proyek ambisius China untuk menghidupkan kembali jalur sutra abad 21. Proyek ini memiliki tujuan untuk membangun infrastruktur dengan menghubungan kawasan Asia, Africa, hingga Europe dengan harapan dapat meningkatkan globalisasi dan perdagangan internasional. Pemerintah China melalui BRI menyediakan pinjaman uang kepada negara di sepanjang koridor BRI terutama negara berkembang untuk membantu memfasilitasi pembangunan infrastructure, termasuk Indonesia. Presiden Joko Widodo beranggapan bahwa BRI memiliki visi dan tujuan yang sama dengan kebijakan Global Maritime Fulcrum yang bertujuan untuk mempromosikan kemajuan infrastruktur antar wilayah. Setelah kedua negara menyepakati insvestasi infrastructure dengan skema business-to-business ini, mulai banyak perusahaan China yang berinvestasi di Indonesia dengan mendirikan perusahaan termasuk masuknya pekerja asing China secara besar-besaran. Fenomena ini menjadi perhatian bagi masyarakat Indonesia karena ditakutkan banyaknya pekerja China yang datang dapat mengancam berkurangnya kesempatan kerja bagi penduduk lokal. Selain itu, banyak kasus yang menunjukkan bahwa para investor China ini membawa tenaga kerja unskillednya yang jelas telah melanggar peraturan hukum yang berlaku karena pekerja asing yang diperbolehkan bekerja di Indonesia adalah tenaga ahli atau pekerja high-skilled yang dapat memberikan transfer teknologi dan ilmu untuk pekerja lokal. Isu ini akhirnya menjadi awal mula konflik dan sentimen masyarakat Indonesia terhadap pekerja asing China. Makalah ini menggunakan pendekatan manajemen konflik dan fishbone analysis untuk mengidentifikasi penyebab masalah yang timbul dari konflik di antara para pekerja tersebut. Studi ini juga menggunakan kerangka kerja 7S McKinsey dan analisis PESTEL untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab konflik. Sebagai batasan, penelitian ini hanya berfokus kepada pergerakan tenaga asing China melalui BRI dan tidak mempelajari mendalam tentang perdagangan barang, investasi, serta peningkatan infrastruktur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara dan menghimpun data sebagai sumber utama penelitian. Hasil penelitian ini menemukan bahwa konflik yang terjadi antara pekerja asing China dan lokal disebabkan karena perbedaan perlakuan yang diterima di tempat kerja seperti fasilitas dan upah serta perbedaan budaya yang menyebabkan kurang harmonisnya hubungan antar pekerja asing dan lokal.