Studi ini mengkaji dampak Bank Indonesia melalui respon kebijakan moneter terhadap kinerja keuangan
bank umum kelompok kegiatan usaha (BUKU) 3 dan 4 di tengah meningkatnya ketidakpastian global
dan guncangan ekonomi akibat wabah COVID-19. Sampel penelitian ini berupa data panel berimbang
yang terdiri dari 33 bank umum di Indonesia selama periode 2016: 1 hingga 2020: 3. Untuk mengontrol
pengaruh respon kebijakan moneter selama pandemi COVID-19, penelitian ini menggunakan variabel
dummy. Penelitian ini menggunakan lag pertama dari variabel dependen yang dapat menimbulkan
endogenitas dan autokorelasi. Oleh karena itu, GMM sistem dua langkah digunakan untuk
memperkirakan spesifikasi model. Penelitian ini mengembangkan dua model spesifikasi. Estimasi
pertama adalah panel A dimana ROA sebagai variabel terikat dan model kedua yaitu panel B, ROE
sebagai variabel terikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lag pertama dari variabel dependen, suku
bunga kebijakan moneter (MPR), margin bunga bersih, dan GWM berpengaruh positif terhadap
profitabilitas bank. Koefisien MPR positif dan signifikan secara statistik untuk kedua panel,
menunjukkan bahwa penurunan MPR menyebabkan penurunan profitabilitas bank atau sebaliknya.
Berdasarkan hasil koefisien tersebut menunjukkan bahwa guncangan kebijakan moneter memiliki
pengaruh yang lebih besar terhadap ROE dibandingkan dengan ROA. ROA pada periode sebelumnya
dan BOPO memiliki pengaruh terbesar terhadap profitabilitas bank. Pandemi COVID-19 secara statistik
memiliki hubungan terbalik dengan kinerja bank, hal ini menunjukkan bahwa virus ini telah
mengganggu siklus bisnis Bank Umum BUKU 3 dan 4 dengan menggerus ROA dan ROE. Sebaliknya,
NPL, LDR, BOPO, dan COVID-19 memiliki hubungan terbalik dengan profitabilitas bank. Untuk itu,
kajian ini menyarankan agar Bank Indonesia terus mengimplementasikan kebijakan moneter ekspansif
untuk menjaga transmisi kebijakan moneter berjalan efektif di jalur penyaluran kredit bank, dengan
harapan keputusan ini dapat meningkatkan profitabilitas bank umum dan juga membuat sisi permintaan
kredit menjadi menarik, sehingga marjin bunga bersih akan meningkat yang berarti akan meningkatkan
laba atas aset juga. Solusi lain yang diusulkan studi ini adalah bank umum harus meningkatkan
kemampuan bisnis mereka dalam menghasilkan keuntungan dengan bertransformasi menjadi bank
digital. Melibatkan teknologi dan digitalisasi dapat menjadi alternatif bagi Bank Umum untuk
beroperasi lebih efisien dan menekan biaya operasional terkait adanya kebijakan jaga jarak. Studi ini
menyarankan bahwa penguatan kebijakan makroprudensial menjadi suatu keharusan terutama pada
masa-masa resesi seperti ini. Terkait hasil koefisien regresi BOPO dan variabel dummy COVID-19
terhadap ROA dan ROE, penelitian ini juga sangat merekomendasikan agar Bank Indonesia
memperkuat dan memperluas akseptasi digital di seluruh wilayah nusantara mengingat saat ini
masyarakat diharuskan membatasi kontak fisik secara langsung guna meminimalisir penyebaran
COVID-19 yang cepat, penerimaan publik atas pembayaran non tunai yang besar, dan tren digitalisasi
yang semakin cepat. Untuk menghindari hasil empiris yang bias dan memastikan efisiensi dan
konsistensi dari metode penduga SYS-GMM dua langkah, penelitian ini melakukan regresi model efek
tetap, uji Arellano-Bond (AR), uji Hansen, dan uji Variance Inflation Factors.